Dengan demikian, pergerakan masyarakat bisa lebih mudah untuk diatur sehingga tidak menjangkau pulau lain yang masih belum terinfeksi.
"Itu yang saya sering sebut sebagai bonus geografi Indonesia dengan adanya kepulauan. Sekat laut ini jadi barier alamiah untuk beberapa pulau kecil dan jauh. Namun, tentu agak kurang efektif untuk kepulauan besar seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi," kata dia.
Sekat laut ini, menurut Dicky, akan membuat kurva pandemi di setiap pulau berbeda-beda.
Misalnya, Pulau Jawa yang diperkirakan akan mengalami puncak pandemi lebih cepat dari pulau-pulau lainnya.
Selain itu, keuntungan ini juga bisa dimanfaatkan oleh pulau-pulau yang masih relatif aman dari kasus infeksi virus corona untuk melakukan persiapan apabila wabah virus corona masuk masuk wilayahnya.
"Nah, untuk kepulauan-kepulauan kecil hal ini sangat mungkin dimanfaatkan untuk proteksi mereka dengan cara tetap lakukan strategi utama (tes Covid-19), sambil memperketat pintu masuk dengan penerapan test trace, isolate (karantina wilayah)," jelas Dicky.
Jika semua ini bisa dimaksimalkan, maka keuntungan benar-benar bisa didapatkan Indonesia.
Meskipun merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi, namun angka kasus bisa ditekan lebih optimal. Hal ini berbeda dengan negara berpenduduk tinggi dengan wilayah yang satu dan luas, seperti China, India, dan Amerika Serikat.
"Dengan memaksimalkan keuntungan geografis tersebut akan mengurangi potensi peningkatan beban fasilitas layanan kesehatan dan ini harus terus dipertahankan sampai dunia menemukan solusi atas pandemi ini, berupa obat atau vaksin atau solusi lainnya," kata Dicky.(*)