Follow Us

Merinding, Perempuan Asal Eropa Catat Kisah Perjalanannya pada Tahun 1855 Silam Tentang Kesaksiannya Ada Pemburu Kepala Manusia di Kalimantan: Saya Lihat Kepala Manusia yang Baru Ditebas!

Yulia Susanti - Sabtu, 25 April 2020 | 20:30
Merinding, Perempuan Asal Eropa Catat Kisah Perjalanannya pada Tahun 1855 Silam Tentang Kesaksiannya Ada Pemburu Kepala Manusia di Kalimantan: Saya Lihat Kepala Manusia yang Baru Ditebas!
Serambinews.com

Merinding, Perempuan Asal Eropa Catat Kisah Perjalanannya pada Tahun 1855 Silam Tentang Kesaksiannya Ada Pemburu Kepala Manusia di Kalimantan: Saya Lihat Kepala Manusia yang Baru Ditebas!

Merinding, Perempuan Asal Eropa Catat Kisah Perjalanannya pada Tahun 1855 Silam Tentang Kesaksiannya Ada Pemburu Kepala Manusia di Kalimantan: Saya Lihat Kepala Manusia yang Baru Ditebas!
Serambinews.com

Merinding, Perempuan Asal Eropa Catat Kisah Perjalanannya pada Tahun 1855 Silam Tentang Kesaksiannya Ada Pemburu Kepala Manusia di Kalimantan: Saya Lihat Kepala Manusia yang Baru Ditebas!

Baca Juga: Disebut-sebut Ramuan Anti Virus Corona, Begini Resep Praktis Minum Ramuan Tape dan Kurma ala Dokter Ternama ini yang Bisa Bantu Jaga Imunitas Tubuh Selama Ramadan!

“Namun, perhiasan paling mewah adalah kalung dan gelang tangan dari gigi manusia.”Namun, ungkap Ida, para perempuannya tampak lebih sederhana dalam perhiasan.Mereka tak beranting, tak bergigi beruang, dan sangat sedikit manik-manik.

Baca Juga: Mendengar Cut Tari 3 Kali Hubungan Ranjang dengan Ariel Noah, Mantan Suami Berikan Reaksi Tak Terduga Hingga Dapat Pujian Hotman Paris: Dia Terima Apa Adanya!Mereka mengenakan semacam semacam korset seukuran sejengkal tangan yang berhias ornamen kuningan dan cincin kelam.“Saya mencoba mengangkat satu perhiasan itu, dan saya tak menduga bahwa beratnya sekitar empat kilogram.”Baca Juga: Lama Tertahan dalam Hati, Lala Pengasuh Rafathar Akhirnya Bongkar Semua Unek-Uneknya Lihat Kelakuan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Sehari-hari, Ngaku Nggak Kuat saat Air Matanya Tumpah hingga Sesenggukan!

Pada hari yang sama, dia juga berkunjung ke tetangga desa Dayak tadi. Tidak banyak perbedaan soal tata busana mereka.“Kecuali, saya punya kesenangan baru di sini,” ujarnya, “melihat sepasang trofi perang nan ganteng dari dua kepala manusia yang baru saja ditebas.”Kedua kenang-kenangan atas kemenangan perang itu baru diperoleh beberapa hari sebelumnya dan menampakkan pemandangan yang mengerikan.

Baca Juga: Addie MS Sampaikan Kabar Duka, Dunia Musik Tanah Air Kembali Kehilangan Musisi Terbaiknya, Melly Goeslaw Ungkap Kesedihan Mendalam: Hancur Hati Saya 1 Hari Sebelum RamadanKepala itu nantinya diasap hingga dagingnya setengah matang, bibir dan telinga melayu.“Kepala-kepala itu tetap dengan rambutnya,” demikian kisah Ida, “dan salah satu kepala itu bahkan matanya membelalak.”“Melihat sepasang trofi perang nan ganteng dari dua kepala manusia yang baru saja ditebas.”Baca Juga: Addie MS Sampaikan Kabar Duka, Dunia Musik Tanah Air Kembali Kehilangan Musisi Terbaiknya, Melly Goeslaw Ungkap Kesedihan Mendalam: Hancur Hati Saya 1 Hari Sebelum Ramadan

Mereka mengeluarkan trofi kepala itu dari keranjang, yang kemudian menggantungnya untuk memamerkan dengan rasa puas dan bangga kepada Ida.Tradisi mengayau—berburu kepala musuh untuk dijadikan trofi—tampaknya telah menjadi bagian suku-suku pedalaman di Hindia.Setelah menyaksikan semua adegan liar itu, Ida merenung, apakah berarti orang Eropa seperti dirinya jauh lebih beradab dari mereka?

Baca Juga: Addie MS Sampaikan Kabar Duka, Dunia Musik Tanah Air Kembali Kehilangan Musisi Terbaiknya, Melly Goeslaw Ungkap Kesedihan Mendalam: Hancur Hati Saya 1 Hari Sebelum RamadanBukankah dalam setiap lembaran sejarah Eropa diwarnai dengan perbuatan mengerikan pengkhianatan dan pembunuhan, demikian kecamuk pertanyaan dalam benaknya.Apa yang akan kita katakan tentang perang religius antara Jerman dan Prancis, penaklukkan Amerika, pertumpahan darah di Timur Tengah, hingga Inkuisisi Spanyol?Bagi Ida, tampaknya melancong tidak sekadar berpindah tempat, tetapi juga menuntunnya supaya punya pemikiran terbuka tentang ragam peradaban dan kerendahan hati.Baca Juga: Baru Dua Bulan Ditinggalkan Ashraf Sinclair, BCL Kembali Unggah Kabar Duka, Sosok Kesayangan Almarhum sang Suami Tiada hingga Ibunda Noah Titipkan Pesan Menyayat Hati: Titip Cinta Kami untuk Ayah di Sana

“Saya tidak berpikir bahwa kita orang Eropa dapat berkata banyak tentang kebiadaban ini,” paparnya.Menurutnya, bangsa Eropa juga membunuh musuh dan bahkan menyiksa musuh mereka—dengan berbagai alat dan cara penyiksaan—sementara orang-orang Dayak membunuh musuh tanpa menyiksanya.“Dan apa yang telah mereka lakukan, mungkin kita dapat memaafkan mereka yang tidak mendapat pencerahan agama dan budaya intelektual.”

Baca Juga: Baru Dua Bulan Ditinggalkan Ashraf Sinclair, BCL Kembali Unggah Kabar Duka, Sosok Kesayangan Almarhum sang Suami Tiada hingga Ibunda Noah Titipkan Pesan Menyayat Hati: Titip Cinta Kami untuk Ayah di SanaKisah ini merupakan cuplikan dari A Lady's Second Journey Round the World: From London to the Cape of Good Hope, Borneo, Java, Sumatra, Celebes, Ceram, the Moluccas, Etc., California, Panama, Peru, Ecuador, and the United States, Volume 1.Buku tersebut merupakan catatan perjalanan Ida Laura Reyer Pfeiffer yang terbit di London pada 1855.(National Geographic Indonesia). (*)Artikel ini telah tayang di Serambinews.com yang berjudul Ada Pemburu Kepala Manusia di Kalimantan, Wanita Asal Eropa Ini Jadi Saksinya

Source : serambinews.com

Editor : Grid Star

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular