GridStar.ID - Wabah virus corona selalu mengalami perkembangan.
Kini, beberapa pasien covid-19 mulai melaporkan gejala adanya siklus bak pelana kuda.
Melansir dari Business Insider (12/04), begini gejala yang dirasakan para pasien.
1. Aria Bendix, Jurnalis Sains
Dalam essainya, Bendix mengatakan gejala awal yang dia alami ringan, yaitu hanya nyeri di tubuh. Tapi 24 jam kemudian dia juga mulai merasakan kedinginan. “Rasanya seolah saya berlari maraton, lalu ditabrak mobil. Saya memutuskan untuk mengasingkan diri di dalam apartemen saya," tulisnya. Beberapa hari berlalu, Bendix merasakan sakitnya mulai hilang. Dia berasumsi tengah berada dalam masa pemulihan. Tapi kemudian rasa sakit di tulang rusuk dimulai. Jurnalis berusia 27 tahun itu merasa ada tekanan, seperti seseorang meremas paru-parunya dan napasnya terasa berat. Itu terjadi pada saat masuk minggu kedua.
Saat periksa ke unit gawat darurat, dokter mengatakan mereka tidak dapat menguji Bendix. Tapi gejalanya mengisyaratkan dia menderita Covid-19. Bendix pun kembali ke rumah. Dia melewati malam-malamnya tanpa tidur selama seminggu karena sulit bernapas. Tidak sampai minggu itu berakhir, dia mulai merasa normal lagi. Selain itu dia juga merasa sakit tenggorokan. Selama sekitar 24 jam, dia kesulitan menelan makanan atau cairan. Pada hari ke-14, seharusnya itu sudah tidak menular lagi. Tapi justru sakitnya kembali. Dia merasa sakit seperti waktu pertama kali, tapi bedanya kali ini lebih bisa bernapas. Pada akhirnya Bendix masih menyisakan sakit tenggorokan dan kelelahan.
2. Rosemary O'Hara, editor
Dalam esainya, editor di South Florida Sun Sentinel, Rosemary O'Hara menulis dia merasa demam, batuk, dan sesak napas. Di pusat perawatan darurat, dokter mendiagnosis pneumonia. O'Hara lalu diberi antibiotik dan setelah meminumnya selama 10 hari, mulai terasa lebih baik. Sayangnya pada minggu kedua keadaannya memburuk lagi. Dia sesak napas dan butuh masker oksigen. O'Hara telah melakukan tes dan hasilnya negatif. Akan tetapi dia ragu dengan hasil tes itu. "Dokter mengatakan kepada saya bahwa tidak mungkin untuk mengetahui apakah saya memiliki virus karena tes antibodi belum tersedia, jadi kita tidak akan pernah tahu pasti," tulis O'Hara.