Para peneliti mengusulkan kelelawar sebagai reservoir yang paling mungkin untuk SARS-CoV-2, karena virus ini sangat mirip dengan virus corona pada kelelawar.
Kendati demikian, tidak ada kasus penularan langsung dari kelelawar ke manusia yang terdokumentasi, hal ini menunjukkan kemungkinan perantara yang terlibat antara kelelawar dan manusia.
Dalam skenario ini, kedua spike protein SARS-CoV-2 bagian RBD yang mengikat sel dan situs pembelahan yang membuka celah untuk virus, akan berevolusi ke kondisi saat ini sebelum memasuki manusia.
Dalam kasus ini, epidemi saat ini mungkin akan muncul dengan cepat segera setelah manusia terinfeksi.
Sebab, virus telah mengembangkan fitur yang membuatnya menjadi patogen dan dapat menyebar di antara manusia.
Sedangkan dalam skenario lain, versi virus non-patogenik melompat dari inang hewan ke manusia, kemudian berevolusi menjadi kondisi patogen dalam populasi manusia.
Sebagai contoh, beberapa virus corona dari pangolin, mamalia mirip armadilo yang ditemukan di Asia dan Afrika, memiliki struktur RBD yang sangat mirip dengan SARS-CoV-2.
Virus corona dari trenggiling bisa ditularkan ke manusia, baik secara langsung atau melalui inang perantara seperti musang.
Selanjutnya, karakteristik spike protein lain yang berbeda dari virus SARS-CoV-2, situs pembelahan, dapat berevolusi dalam inang manusia.