Dr Anand Rai, yang merupakan bagian dari gugus tugas Covid-19 di Indore, mengatakan kepada BBC: "Tidak ada yang bisa membenarkan serangan terhadap tim medis. Namun itu terjadi di kawasan mayoritas Muslim, di mana secara umum ada ketidakpercayaan kepada pemerintah."
Dia mengatakan, area itu baru-baru ini menjadi saksi demonstrasi menentang undang-undang kewarganegaraan yang anyar.
"Sehingga kemarahan meluap dan diwujudkan dalam serangan ini. Namun, apapun alasannya, tidak ada yang bisa membenarkan aksi kekerasan, khususnya terhadap dokter dalam darurat kesehatan nasional," paparnya.
Sementara itu, sebuah rumah sakit di Kota Ghaziabad di bagian utara India juga menjadi tempat kericuhan pada Kamis (02/04).
Rumah sakit itu menempatkan setidaknya 21 orang di karantina setelah mereka menghadiri acara Jamaah Tabligh yang dikaitkan dengan ratusan kasus positif corona di India.
Di rumah sakit Ghaziabad, beberapa orang yang dikarantina dituding menggunakan kata-kata makian kotor ke sejumlah perawat.
"Beberapa orang berjalan telanjang di bangsal rumah sakit serta melecehkan dokter-dokter dan perawat perempuan," papar seorang dokter yang bekerja di rumah sakit itu kepada BBC.
"Mereka terus meminta rokok dan tembakau."
Seorang perwira senior polisi di kota tersebut memaparkan kepada BBC bahwa sejumlah dokter telah mengadukan kasus pidana.