GridStar.ID - Wabah virus corona yang tak pandang bulu membuat warga mulai resah.
Termasuk seorang pemandu lagu di kawasan Serpong Tangerang Selatan, Banten.
Pemandu karaoke yang kerap mendampingi tamu dan warga asing bernyanyi ini tak memungkiri rasakan was-was.
Sebut saja namanya Bunga, dengan baju terbuka, dirinya menghibur malam para pelanggan di tengah gemerlap lampu disko bilik karaoke bersama minuman keras.
Bunga di bayar perjam dengan tip sampingan untuk menyambung hidup.
Namun di tengah wabah covid-19, Bunga mengaku enggan bekerja.
"Sudah mau dua puasa sih aku di situ," ujar Bunga pada Sabtu, (28/03) dilansir dari Tribunnews.com.
Awal Maret 2020, saat jelang bulan puasa yang dimaksud itu datang, tiba-tiba kondisi berubah.
Virus corona atau Covid-19 yang muncul di Wuhan, Cina, menyebar ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Warga Depok yang pada saat itu diumumkan positif, menjadi bel tanda Indonesia dalam bayang-bayang virus ganas tersebut.
Bunga masih belum menyadari apa itu corona dan dampaknya ke pekerjaannya, yang sering menemani tamu warga negara asing (WNA).
Sambil sesekali menghela rambut, anak ke dua dari tiga bersaudara itu bercerita kepada TribunJakarta.com, tentang pengalamannya melayani WNA saat corona muncul di Depok.
Nada suaranya tinggi, wajahnya ekspresif saat bercerita.
Seperti malam-malam yang lain, ia menemani tamunya sebaik mungkin.
Senyum ramah tak lepas dari wajahnya, meskipun ia mengatakan, sang tamu tampak seperti sedang sakit.
"Ya itu, aku juga enggak tahu apa corona corona itu. Orang itu kaya orang ayan, iya gitu-gitu terus (palanya gerak-gerak), tapi nyanyi, nyanyi lagu."
"Iya, bisa dia nyanyi," ujarnya.
Malam berakhir berganti siang. Ia mulai menonton siaran tentang dampak corona di televisi dan mendengar informasi dari keluarganya.
Sugesti tertular masuk ke benaknya, meskipun ia tidak tahu pasti tamunya semalam sakit corona, sakit yang lain, atau sehat walafiat.
"Ya takut, karena habis ketemu dia, ya orang yang nyebarin semua ini lah maksudnya. Langsung ngerasa pala puyeng. Langsung suges. Sudah parno lihat berita mati tiba-tiba," ujarnya.
Bunga bahkan sempat dikontak tamunya itu untuk datang ke apartemennya, namun langsung ditolak.
"Setelahnya sempat ditelepon dia, disuruh nemenin dia, lah aku enggak mau dong, takut ketularan dari dia. Aku bilang enggak mau enggak dibolehin ke mana-mana. Dianya marah, orang kaya gitu kan kekeh," ujarnya
Tak pikir panjang, Bunga langsung memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat, dan meminta dites corona.
"Langsung aku ke puskesmas, dicek, iya tes corona, di rontgen segala, hasilnya negatif," ujarnya.
Bunga mengatakan, ia juga memiliki tamu langganan lain, seorang WNA.
Namun semenjak corona mewabah bahkan menjadi pandemi, langganannya itu tak pernah menghubungi lagi.
"Ada juga satu lagi, dia mah pulang balik pulang balik, tapi semenjak corona ini, dia enggak pernah lagi," ujarnya.
Kini, tempat kerjanya ditutup. Sejak 17 Maret 2020, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel melarang tempat hiburan malam beroperasi demi mencegah penyebaran corona.
Malam gemerlap Bunga berubah total.
Bising lagu-lagu tak lagi terdengar. Ia hanya tinggal di rumah tanpa pekerjaan.
"Di rumah aja, makan tidur makan tidur," katanya.
Hampir dua pekan, Bunga tanpa pemasukan. Ia mulai memutar otak harus melakukan apa untuk membuat dapurnya "ngebul".
"Kalau saya kerja kan setiap hari. Kalau gini terus pengeluarannya banyak, pemasukannya enggak ada," katanya.
Diketahui, tempat hiburan ditutup sementara oleh pemerintah setempat demi memutus rantai penyebaran virus corona. (*)