Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Petik Hikmah, Ini 10 Kabar Baik Soal Wabah Virus Corona yang Harus Diketahui

Tiur Kartikawati Renata Sari - Sabtu, 21 Maret 2020 | 22:00
Petik Hikmah, Ini 10 Kabar Baik Soal Wabah Virus Corona yang Harus Diketahui
shuttershock

Petik Hikmah, Ini 10 Kabar Baik Soal Wabah Virus Corona yang Harus Diketahui

GridStar.ID - Wabah virus corona kini telah menjadi pandemi yang menginfeksi banyak negara.

Sejak merebak pada Desember 2019 lalu di Wuhun, Hubei, China, kini wabahnya telah tersebar ke berbagai negara hingga Tanah Air.

Namun, ada 10 kabar baik di tengah wabah cobid-19 seperti dirangkum Timesunion.

Baca Juga: Usai Pandemi Corona, Pemerintah Mendadak Minta Semua WNI yang ke Luar Negeri Segera Pulang, Indonesia Lockdown? Kemenlu Buka Suara

1. Lebih dari 70 persen pasien virus corona di China sembuh China merupakan negara yang diketahui sebagai awal mula penyebaran virus corona pertama kali, terkhusus di Kota Wuhan, Provinsi Hubei. Sebelumnya, seorang warga negara China menderita penyakit sesak napas misterius pada Desember 2019 dan pada Februari 2020 penyakit tersebut resmi dinamakan Covid-19. Kendati sebagai pusat wabah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, dari sekitar 80.000 kasus terinfeksi virus corona di China per Jumat (20/3/2020), sebanyak 70 persen lebih pasien telah pulih dan dipulangkan dari rumah sakit.

2. Ilmuwan telah menemukan cara virus corona menembus ke dalam sel manusia Menurut media Live Science, para ilmuwan telah menemukan bagaimana virus corona menembus ke dalam sel manusia, yang akan membantu secara signifikan dalam mengembangkan perawatan. Mereka juga mengungkapkan gambar pertama mengenai bagaimana virus corona berikatan dengan sel-sel pernapasan manusia untuk menghasilkan lebih banyak virus. Gambaran tersebut juga telah diperbesar sampai ke perbesaran atom pada titik-titik yang mengikat. Dengan adanya pemberitaan ini, masyarakat setidaknya paham bagaimana virus memasuki sel dan hal ini dapat membantu peneliti dalam menemukan obat-obatan dan vaksin untuk melawan virus.

3. Ilmuwan Kanada telah membuat terobosan besar dalam upaya mengembangkan vaksin Berdasarkan pemberitaan New York Post, sebuah tim ilmuwan Kanada akhirnya mengisolasi dan menumbuhkan salinan virus corona, yang saat ini dapat membantu mereka mempelajari patogen untuk mengembangkan pengujian, perawatan, vaksin yang lebih baik, dan mendapatkan pemahaman yang rigid tentang kajian biologinya.

Baca Juga: Jangan Lagi Sepelekan Virus Corona Jika Tidak Ingin Indonesia Bernasib Seperti Italia 10 Hari ke Depan

4. Polusi udara telah merosot di sejumlah kota akibat karantina Analis dari Washington Post mencatat ada penurunan drastis gas rumah kaca utamanya di Eropa karena orang-orang melakukan karantina dan mengakibatkan mobil (kendaraan pribadi) tetap terparkir di rumah. Sementara itu, pakar ekonomi perubahan iklim di Universitas Teknologi Georgia yang telah memperlajari kebijakan iklim Italia, Emanuele Massetti mengungkapkan, dalam beberapa hari ke depan orang-orang di Italia utara akan menikmati udara terbersih yang pernah ada. Kondisi ini juga terjadi di China setelah terjadinya kebijakan lockdown besar-besaran saat melonjakny akasus virus corona. Sebuah analisis yang dilakukan oleh situs iklim Carbon Brief menyebutkan bahwa terdapat penurunan penggunaan energi dan emisi di China sebanyak 25 persen.

5. Peneliti Johns Hopkins klaim antibodi dari pasien yang sembuh dapat membantu melindungi orang yang rentan Sebuah tim dari Johns Hopkins University, AS bersama banyak peneliti lain sedang mempelajari apakah antibodi dari pasien yang pulih/sembuh dari virus corona dapat membantu melindungi orang-orang yang berisiko/rentan terinfeksi virus corona. Dalam sebuah makalah baru, para ahli penyakit menular menjelaskan bagaimana antibodi virus, yang terkandung dalam serum darah pasien yang sudah pulih dari coronavirus baru, kemudian dapat disuntikkan ke orang lain, menawarkan mereka perlindungan jangka pendek. Formula medis yang telah lama ini, disebut terapi antibodi pasif, telah ada sejak akhir abad ke-19, dan secara luas digunakan selama abad ke-20 untuk membantu membendung wabah campak, polio, dan influenza. "Penempatan opsi ini tidak memerlukan penelitian atau pengembangan," ujar ahli imunologi, Arturo Casadevall pada Science Alert. "Itu bisa digunakan dalam beberapa minggu karena bergantung pada praktik bank darah standar. Pemberian antibodi pasif menjadi cara untuk memberikan kekebalan langsung kepada orang yang rentan," ujar para peneliti.

6. Sementara itu, ketika virus corona baru terkendali atau mulai mereda di China, pemerintah setempat telah membuka taman dan tempat wisata di seluruh negeri, dan juga pembatasan perjalanan. "Komisi Kesehatan Nasional mengatakan, wabah telah melewati puncaknya, dan angka tersebut nampaknya mendukung klaim tersebut," ujar pemberitaan dari South China Morning Post pada Kamis (19/3/2020).

Baca Juga: Beda dengan Krisdayanti yang Nikmati Plesiran ke Swiss bak Tak Takut Virus Corona, Anang Hermansyah Jaga Ketat Rumah Tetap Steril, Tamu Tidak Boleh Langkahkan Kaki Jika Belum Cek Suhu Tubuh dari Ujung Kepala hingga Kaki!

Source : kompas

Editor : Grid Star

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x