GridStar.ID - Indonesia bakal menggelar Pilkada 2020 pada 9 Desember mendatang.
Diketahui bersama Pilkada kali ini akan berbeda karena dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19.
Hal serupa juga dilakukan Amerika Serikat yang melaksanakan pemilihan presiden di kondisi Covid-19.
Baca Juga: Kabar Gembira, Hari Pemungutan Suara Pilkada 2020 Jadi Libur Nasional
Amerika Serikat mengalami lonjakan kasus positif virus corona selama periode pemilu.
Berdasarkan data Worldometer, Rabu (18/11), saat ini jumlah kasus infeksi yang ditemukan di AS sudah sebanyak 11.695.711 kasus.
Dari data tersebut, jumlah kematian sebanyak 254.255 kasus, dan 7.087.796 kasus lain berhasil sembuh.
Baca Juga: Pilkada 2020: Bagaimana Nasib Pemilih yang Positif Covid-19?
Dicky mengingatkan pemerintah bersiap menghadapi risiko lonjakan seperti di AS apabila tetap melaksanakan Pilkada.
"Kalau mau adakan pemilu seperti AS di tengah pandemi, ya berarti harus siap juga dengan akibatnya. Seperti yang dialami AS saat ini, angka kasus meningkat tajam, kematian juga dan kesakitan di RS," sebut Dicky dilansir dari Kompas.com, Rabu (18/11).
Ia menilai aturan pemerintah dalam Pilkada serentak mendatang belum cukup menekan potensi terjadinya penularan dan peningkatan kasus Covid-19 pascaPilkada serentak.
Baca Juga: Putra dan Mantunya Maju Pilkada 2020, Jokowi: Saya Tidak Memaksa
Diketahui, pemerintah menetapkan aturan dalam pelaksanaan pesta demokrasi nanti.
Di antaranya, pada Pilkada 2020 masyarakat akan diatur kedatangannya berdasarkan jadwal yang diperoleh masing-masing untuk mencegah kerumunan.
Masyarakat juga akan diberikan sarung tangan plastik untuk menghindari terjadinya kontak langsung dengan benda-benda yang digunakan secara bersama-sama di lokasi pemilihan.
Baca Juga: Bawaslu Rekomendasi Pembatalan Calon Tunggal Pilkada Kutai Kartanegara
Aturan lain, pemilih juga dilarang membawa anak kecil ke tempat pemungutan.
Masyarakat juga diimbau menerapkan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
Dicky menilai semua itu belum efektif. Apalagi, ia mengatakan, ada anggapan di masyarakat jika sudah menerapkan 3M maka sudah aman dari virus corona.
Baca Juga: Pilkada 2020: Jutaan Pemilih Belum Rekam e-KTP, Harus Bagaimana?
"Protokol kesehatan (3M) itu akan efektif dan sangat efektif ketika dilaksanakan di atas fondasi intervensi 3T ( testing, tracing, dan treatment) yang optimal, atau minimal memadai," kata Dicky.
Dicky berharap akan ada perbaikan kualitas dan kuantitas 3T di seluruh wilayah agar agenda Pilkada serentak tidak menghasilkan kasus-kasus infeksi baru.
"Ketika strategi 3T-nya di wilayah tersebut tidak memadai, ya jangan berharap protokol Covid-nya (3M) akan evektif, karena itu akan dipengaruhi oleh laju penyebaran atau transmisi di wilayah atau negara itu," jelas dia.
Baca Juga: Pilkada 2020 : Bawaslu Cium Potensi Kecurangan saat Penghitungan Suara
Sementara, ketika ditanya apa yang bisa masyarakat lakukan selain menerapkan 3M untuk menekan potensi penularan ketika Pilkada, Dicky tidak banyak memberikan jawaban.
"Ikhtiar dengan 3M dan membatasi keluar rumah juga interaksi dengan orang lain. Selanjutnya berdoa supaya dampak pilkada tidak terlalu buruk," kata dia.
(*)