GridStar.ID - Selama ini diketahui virus corona bisa menyebar melalui udara.
Selain itu virus tersebut juga bisa bertahan di benda-benda mati selama beberapa jam bahkan beberapa hari.
Oleh karena itu kita disarankan untuk menggunakan masker saat berada di luar rumah dan selalu mencuci tangan.
Namun studi mengungkapkan bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 juga bisa bertahan di permukaan kulit manusia cukup lama.
Dilansir Live Science, Rabu (07/10), disebutkan virus corona dapat bertahan di kulit manusia lebih lama daripada virus flu, menurut sebuah studi baru dari para peneliti di Jepang.
Virus ini tetap dapat hidup pada sampel kulit manusia selama sekitar 9 jam, menurut penelitian tersebut.
Sementara itu, strain virus influenza A (IAV) tetap hidup pada kulit manusia selama sekitar 2 jam.
Namun kedua virus pada kulit itu bisa dengan cepat dinonaktifkan dengan pembersih tangan atau hand sanitizer.
Pentingnya cuci tangan
Temuan tersebut menggarisbawahi semakin pentingnya rajin mencuci tangan atau menggunakan pembersih untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Baca Juga: Pemilik Rumah Produksi dan Produser Raam Punjabi dan Raakhee Punjabi Dikabarkan Positif Covid 19
"Studi ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin memiliki risiko penularan kontak yang lebih tinggi (yaitu penularan dari kontak langsung) daripada IAV karena yang pertama jauh lebih stabil pada kulit manusia (daripada yang terakhir)," tulis para penulis dalam makalah itu.
Temuan itu mendukung hipotesis bahwa membersihkan tangan dengan benar adalah hal yang penting untuk pencegahan penyebaran Covid-19.
Penelitian itu dipublikasikan di jurnal Clinical Infectious Diseases pada 3 Oktober 2020.
Sebelumnya, peneliti dari Amerika Serikat juga menganalisis berapa lama SARS-CoV-2 dapat bertahan di permukaan.
Mereka menemukan virus itu tetap dapat bertahan di permukaan tembaga hingga 4 jam, di atas karton hingga 24 jam, dan pada plastik serta baja tahan karat hingga 72 jam.
Penelitian
Untuk alasan etika, memeriksa berapa lama virus dapat bertahan di kulit manusia memang lebih rumit.
Peneliti tidak bisa begitu saja meletakkan sampel virus yang berpotensi mematikan di tangan seseorang.
Sehingga untuk studi baru ini, para peneliti dari Kyoto Prefectural University of Medicine di Jepang, membuat model kulit menggunakan sampel kulit manusia yang diperoleh dari otopsi.
Sampel dikumpulkan kira-kira satu hari setelah kematian.
Para penulis mencatat bahwa bahkan 24 jam setelah kematian, kulit manusia masih dapat digunakan untuk cangkok kulit.
Itu artinya sebagian besar fungsinya tetap ada selama beberapa waktu setelah kematian.
Dengan demikian, sampel yang dikumpulkan bisa menjadi model yang cocok untuk kulit manusia.
Bertahan 9-11 jam
Dengan sampel kulit itu ditemukan bahwa SARS-CoV-2 bertahan selama 9,04 jam. Sedangkan untuk virus influenza A selama 1,82 jam.
Ketika virus ini bercampur dengan lendir, meniru pelepasan partikel virus dalam batuk atau bersin, SARS-CoV-2 bertahan lebih lama, yaitu sekitar 11 jam.
Kedua virus tersebut bisa dimatikan atau dinonaktifkan dengan menggunakan hand sanitizer mengandung etanol 80 persen setelah 15 detik.
Para penulis mencatat bahwa penelitian mereka tidak mempertimbangkan "dosis infeksi" dari SARS-CoV-2, yaitu jumlah partikel virus yang diperlukan untuk memberi seseorang infeksi dari kontak dengan kulit yang terkontaminasi.
Sehingga penelitian di masa depan juga harus memeriksa pertanyaan ini. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulStudi: Virus Corona Bisa Bertahan di Kulit Manusia Sekitar 9 Jam