Bak Angin Segar, Riset Dosen Unair Sebut Wabah Virus Corona di Indonesia Mereda Awal Agustus: Awalnya September, Jadi Agustus

Minggu, 10 Mei 2020 | 11:32
ShutterStock

Bak Angin Segar, Riset Dosen Unair Sebut Wabah Virus Corona di Indonesia Mereda Awal Agustus: Awalnya September, Jadi Agustus

GridStar.ID - Wabah virus corona di Indonesia kini telah menjangkit lebih dari 13.000 kasus di Indonesia.

Tak sedikit ahli dan ilmuwan yang mencoba mengungkap prediksi berakhirnya wabah covid-19 ini.

Salah satunya, Dosen Biostatistika dan Kependudukan Universitas Airlangga Surabaya, Hari Basuki Notobroto.

Baca Juga: Penelitian Asal Singapura Beberkan Berakhirnya Wabah Virus Corona di Indonesia Tidak Sesuai dengan Prediksi Awal yang Sebut Bulan Juli, Lalu Kapan?

Hari memprediksi puncak wabah virus corona akan terjadi pada Mei 2020.

"Diperkirakan akhir bulan Juli atau permulaan Agustus mereda," ujar Hari dalam webinar dengan topik Covid-19: Prediction and Exit Strategi, Sabtu (09/05).

Dia mengatakan, dengan model penelitian komulatif probability prediksi tersebut memang dapat bergeser apabila terjadi perubahan walaupun cuma dua hari.

Baca Juga: Vaksin Corona Masih Belum Ditemukan, Ini 47 Obat Lama yang Jadi Penelitian Ilmuwan Sebagai Obat Covid-19, Apa Hasilnya?

"Awalnya justru sekitar September, menjadi akhir Juli atau awal Agustus," tuturnya.

Berbeda dengan penelitian dari statistika UGM, Hari memprediksi puncak kasus Covid-19 sebesar 40.000 pasien positif.

Selain memprediksi data nasional, Hari juga meneliti mengenai perkiraan puncak pandemi virus corona di Jawa Timur. Kondisi di Jawa Timur menurutnya akan berbeda dengan nasional.

Baca Juga: Bak Penebus Dosa dari Kasus Ikan Asin, Pablo Benua dan Rey Utami Salurkan Bantuan 1 Miliar Rupiah, Terungkap Alasan Penulisan Nominal Bantuan Bagi Masyarakat Terdampak Corona

"Diperkirakan Jawa Timur pertengahan bulan Juni puncaknya, lebih lambat dibandingkan nasional. Karena memang data di Jawa Timur tidak beraturan. akhir September atau awal Oktober dapat mereda," papar dia.

Jawa Timur belum mencapai puncak transmisi. Dia menyebut jumlah kasus total 20.000 untuk Jawa Timur. Seluruh prediksi tersebut menurut Hari menggunakan analisis model probabilistik.

Namun Hari juga menggarisbawahi model yang dibuat oleh sejumlah pakar bersifat dinamis dan bisa berubah.

Baca Juga: Ketika Dunia Berperang Melawan Pandemi Corona, Benua yang Memiliki 5 ribu Penghuni Ini Dikabarkan Masih Bebas dari Covid-19 dan Jadi yang Tempat Teraman

Hanya berbeda waktu sehari-dua hari, hasilnya akan bergeser. Dia menyebut perhitungan

SUTD di awal yang memprediksi pandemi corona di Indonesia akan berakhir pada Juni. Namun dengan update data terbaru, ada pergeseran sampai 4 Mei maka prediksi berubah dan disebutkan pandemi di Indonesia baru akan berakhir di bulan September.

Sementara Guru Besar Statistika UGM Dedi Rosadi sebelumnya menyebut, pandemi Covid-19 akan berakhir pada 29 Mei 2020 dengan minimum total penderita positif sekitar 6.174 kasus.

Baca Juga: Kabar Gembira Penangkal Covid-19 Ditemukan, Kementan Luncurkan Antivirus Corona dengan Bahan Alami ini, Syahrul Yasin: Hasilnya Sangat Baik!

Belakangan dengan data hingga 23 April, diprediksi virus corona di indonesia mereda akhir Juli 2020, dengan total kasus positif 31.000. Sedangkan Presiden Joko Widodo menyebut akhir 2020 masyarakat baru dapat beraktivitas hampir seperti semula.

Selain itu Hari juga menyebutkan yang membuat prediksi kasus berubah di antaranya adalah ketersediaan data dan kualitas data.

Selama ini pihaknya mengakses dari data yang diumumkan pemerintah. Sehingga apabila ada keterlambatan data atau kualitas data yang kurang berkualitas hal itu dapat memengaruhi dalam model yang dihasilkan.

Baca Juga: Terungkap Penampakan Institut Virologi Wuhan yang Punya Ribuan Virus yang Tersimpan di Dalamnya hingga Sempat Disebut Asal Muasal Virus Corona

Pihaknya juga menjelaskan bahwa model prediksi kasus bukan seperti bola kritas yang pasti terjadi. Sedangkan prediksi model bersifat dinamis dan tidak fixed.

"Hal itu untuk mengantisipasi efek yang tidak terduga. prediski jangka pendek bisa lebih akurat daripada jangka panjang. Model tidak diinterpretasi berlebihan," paparnya.

Hari menyebutkan, apabila melihat model probabilistik dia lebih condong menyebut bahwa kasus dapat mereda ketimbang berakhir.

Baca Juga: Belum Selesai Perangi Wabah Virus Corona, Salah Satu Kota di Indonesia Justru Alami Bencana Alam hingga Buat Warga Kelimpungan, Ini yang Terjadi!

"Apabila model deterministik angka kasus akan 0, namun dengan probalilitik tidak pernah mencapai nol, mendekati nol," ujar dia.

Sedangkan pandemi dapat disebut mereka apabila indikator pandemi bisa dipantau. Seperti jumlah kasusnya menurun dan kasus baru mendekati nol. Selain itu, tingkat reproduksi kasus baru yang semakin kecil, bisa di bawah 1.

"Jika melihat di China, tingkat reproduksi kasus awalnya dari 3,8 menjadi 0,5 di Hubei dan menjadi 0,1 di seluruh China," paparnya.

Baca Juga: Tembus 12.000 Kasus Covid-19, China Malah Optimis Indonesia Menang Lawan Corona Secepatnya Gara-Gara Hal Ini: Indonesia akan Jadi Prioritas Kerja Sama

Selanjutnya, yang dapat diamati juga adalah indikator perilaku masyarakat.

Menurutnya pandemi covid, memberikan pelajaran pada masyarakat untuk membentuk perilaku kesehatan yang baru. Seperti kebiasaan mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Riset Dosen Unair: Pandemi Corona Indonesia Mereda Awal Agustus

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya