Virus Corona yang Ada di Indonesia Berbeda dengan Tipe Lain yang Tersebar di Dunia dan Masih Belum Teridentifikasi, Ini Penjelasannya

Jumat, 08 Mei 2020 | 14:30
BBC

Mengerikan! Mutasi Covid-19 Muncul di Eropa, Dinilai Lebih Berbahaya dan Lebih Mudah Menular dari Virus Corona

GridStar.ID - Indonesia hingga saat ini memang masih dipusingkan dengan adanya wabah virus corona.

Bahkan untuk menanggulangi penyebaran yang semakin meluas dan korban yang semakin banyak, pemerintah meminta masyarakat untuk diam di rumah dan tidak melakukan mudik.

Kini muncul kabar bahwa tipe virus corona yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di dunia.

Baca Juga: Terungkap Penampakan Institut Virologi Wuhan yang Punya Ribuan Virus yang Tersimpan di Dalamnya hingga Sempat Disebut Asal Muasal Virus Corona

Hal ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro.

Dilansir Kontan.co.id, Selasa (5/5/2020) dalam artikel berjudul "Menristek sebut tipe Covid-19 di Indonesia beda dengan 3 tipe lain di dunia", kesimpulan itu berdasar hasil analisis genom virus corona atau Whole Ghenome Sequencing (WGS) yang dikirim Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke portal GISAID.

GISAID, singkatan dari Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data, merupakan inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman dengan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu.

Baca Juga: Ketar-Ketir Terjadi Gelombang ke 2 Virus Corona karena Kembalinya Migran ke Tanah Air, Jokowi Tetap Percaya Diri Ungkap Taget Berakhirnya Covid-19 yang Diprediksi di Bulan Ini

GISAID telah mengumpulkan data Covid-19 dari berbagai negara. Sejauh ini, sebagian besar tipe Covid-19 yang ditemukan di dunia berjenis S, G, atau V.

Sementara di Indonesia, Bambang menyebut tipe Covid-19 yang menyebar di Tanah Air tidak termasuk dalam tiga tipe tersebut.

"Di luar 3 tipe itu ada yang disebut dengan tipe lain, atau yang belum terindentifikasi. Ternyata WGS yang dikirim Indonesia termasuk kategori lainnya. Jadi tidak termasuk kategori S, G, maupun V," kata Bambang dalam rapat gabungan dengan DPR, Selasa (5/5/2020).

Baca Juga: Mengerikan! Mutasi Covid-19 Muncul di Eropa, Dinilai Lebih Berbahaya dan Lebih Mudah Menular dari Virus Corona, Ini Penjelasannya

Meski begitu, Bambang menyebut, hasil yang didapatkan ini merupakan langkah awal.

Menurutnya, Indonesia akan mengirimkan lebih banyak lagi WGS untuk melihat kategori seperti apa virus Covid-19 yang ada di Indonesia.

Untuk mengetahui lebih lanjut apa yang disampaikan Bambang, Kompas.com menghubungi peneliti post doktoral LBM Eijkman, Pradiptajati Kusuma.

Baca Juga: Tembus 12.000 Kasus Covid-19, China Malah Optimis Indonesia Menang Lawan Corona Secepatnya Gara-Gara Hal Ini: Indonesia akan Jadi Prioritas Kerja Sama

Dijelaskan Pradipta, virus corona bermutasi sehingga membentuk jenis-jenis virus corona tertentu yang memiliki "penanda" asam amino tertentu.

Sederhananya, tipe-tipe yang umum di dunia itu (S, G, atau V) seperti pengelompokan kelas atau pengelompokan warna.

"Tipe S, G, V itu nama pengelompokkan. Misal gini, ada orang pakai baju warna merah, kuning, oranye, itu satu kelompok S. Ada orang pakai baju biru, nila, ungu, mereka kelompok G. Nah, yang (tipe corona) S, V, G itu seperti itu," kata Pradipta kepada Kompas.com, Rabu (6/5/2020).

Baca Juga: Bak Angin Segar bagi Indonesia Usai Pandemi Corona Berakhir, Hutang Rp 43 Ribu Triliun Menanti Amerika, Begini Nasib Rupiah ke Depan di Tengah Krisisnya Ekonomi Paman Sam!

"Jadi pengelompokkan ditandai oleh perubahan unik pada asam amino yang ada di RNA virus," ungkapnya.

Untuk diketahui, RNA merupakan salah satu unsur yang terkandung dalam sel virus. Materi genetik virus corona adalah RNA, dan menjadi tang terbesar dibanding virus RNA lainnya.

"Misal tadi yang pakai baju warna merah, kuning, oranye itu kan berarti punya satu kesamaan warna, awalnya merah. Jadi tandanya adalah merah. Kemudian kelompok yang memakai baju warna biru, nila, ungu, itu awalnya merah. Jadi penandanya adalah biru," kata Pradipta memberi contoh.

Baca Juga: Bikin Gemas! Tanggapan Arsya dan Arsy Saat Anang Ashanty Tak Bisa Kerja Hingga Takut Tak Bisa Bayar Biaya Sekolah Mereka Setelah Lama Terkurung Karena Corona

"Nah, sama halnya pada (virus corona tipe) S, V, dan G, itu masing-masing memiliki penanda asam amino tertentu, atau mutasi asam amino tertentu," jelasnya.

Tipe virus corona yang ada di Indonesia, kata Pradipta, tidak memiliki mutasi asam amino tersebut dan berbeda dengan tipe S, V, dan G.

"Yang (jenis virus corona) di Indonesia ini, tidak memiliki mutasi penanda seperti pada kelompok S, V, G," ungkapnya.

Baca Juga: Optimis Bulan Juli akan Berakhir, Kini Joko Widodo Justru Khawatir Terjadinya Ledakan Gelombang Kedua Wabah Virus Corona di Tanah Air karena Hal Ini

Dengan kata lain, jenis virus corona yang ada di Indonesia memiliki "penanda" berbeda dengan 3 tipe virus corona yang umum ada di banyak negara lain.

"(Tipe virus corona) di Indonesia memiliki penanda lain. Atau mungkin bahkan lebih dekat dengan jenis virus corona yang ada di Indonesia," terang Pradipta.

Pradipta mengatakan, meski virus corona yang awalnya dari China sudah berpindah atau melakukan transmisi dari satu tempat ke tempat lain, penanda unik dalam asam aminonya sangat mungkin tak selalu sama.

Baca Juga: Belum Selesai Perangi Wabah Virus Corona, Salah Satu Kota di Indonesia Justru Alami Bencana Alam hingga Buat Warga Kelimpungan, Ini yang Terjadi!

"Meskipun virus sudah berpindah (transmisi) dari satu tempat ke tempat lain, dalam tanda kutip bervolusi dari satu tempat ke tempat lain, itu (jenis virus) masih bisa berbeda dengan kelompok S, V, dan G tadi," imbuh dia.

Dia menjelaskan, pengelompokan asam amino ini dilakukan untuk memudahkan peneliti melihat bagaimana virus corona berkembang dan melakukan mutasi.

Tipe virus berbeda, apa jenis vaksin juga berbeda? Dengan jenis atau tipe virus corona yang beragam di dunia, kemudian muncul pertanyaan baru.

Baca Juga: Kini Tembus 12.000 Kasus Virus Corona, Ini 10 Provinsi dengan Kasus Covid-19 Tertinggi, Kabar Baiknya Tingkat Kesembuhan Jauh Lebih Besar dari Kematian!

Apakah nantinya vaksin untuk melawan Covid-19 juga akan berbeda? Tergantung. Begitu jawaban Pradipta.

Dia menjelaskan lebih lanjut, prinsip vaksin dilihat dari protein yang berada di permukaan virus, yang dapat dikenali oleh antibodi manusia.

" Asam amino itu berlipat-lipat atau terdiri dari lipatan-lipatan sehingga menjadi satu protein. Asam amino itu ada yang berada di luar, dalam artian terekspos ke luar lingkungan. Ada yang terlipat berada di dalam, tidak terkespos lingkungan," terangnya.

Baca Juga: Angin Segar di Tengah Wabah Corona, Ilmuwan Uji 47 Obat Lama untuk Mencari Penyembuh Virus Covid-19, Ini Hasilnya!

"Jadi yang berada di dalam, tidak akan bisa dikenali antibodi. Sedangkan yang berada di luar, yang terekspos di luar, itu yang bisa dikenali antibodi," sambungnya.

"Nah, apabila variasi berada di luar permukaan, maka akan susah. Namun jika variasi (protein) berada di dalam, mungkin masih aman dan bisa menjadi target vaksin," terangnya.

Oleh sebab itu, untuk melihat vaksin biasanya dilihat dari asam amino yang seragam di semua kelompok dan dilihat dari konfigurasi protein, apakah dia berada di dalam atau di luar.

Baca Juga: Achmad Yurianto Wanti-Wanti, Jika Corona Berakhir Bulan Juli, Kehidupan Tak Bisa Langsung Normal: China pun Sekarang Belum Normal Seperti Semula

"Jadi yang menjadi target vaksin biasanya yang berada di luar tapi seragam di semua region (kelompok jenis virus). Itu yang menjadi target vaksin," ujarnya.

Hal inilah yang masih diteliti lebih jauh oleh para peneliti, bagaimana sebenarnya karakteristik virus corona yang ada di seluruh dunia. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulTipe Virus Corona di Indonesia Berbeda dengan 3 Jenis Lain di Dunia, Apa Maksudnya?

Tag

Editor : Hinggar

Sumber Kompas.com