Kenaikan PPN berdampak inflasi
Ekonom sekaligus direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, penyesuaian PPN menjadi 11 persen diperkirakan akan mendorong inflasi pada April 2022 berada di atas 1,4 persen secara bulanan.
Selain itu, kenaikan PPN juga akan berpengaruh pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik untuk nonsubsidi, serta penyesuaian harga liquefied petroleum gas (LPG) nonsubsidi untuk kesekian kalinya.
“Karena melihat pergerakan harga minyak mentah dunia sudah di atas 118 dollar AS per barrel. Jadi ini salah kekhawatiran berlanjutnya tren harga energi global yang meningkat di tengah tren invasi Ukraina,” terang Bhima saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/3/2022).
Inflasi nantinya juga bisa membuat bank sentral melakukan penyesuaian suku bunga lebih cepat. Suku bunga acuan yang lebih cepat dinaikkan, menurut Bhima akan berdampak juga pada kenaikan biaya produksi di level produsen dan dapat diteruskan hingga ke level konsumen.
Sementara itu, ada pula risiko dari sisi kenaikan harga pokok makanan saat Ramadhan yang jatuh pada April 2022.
“Jadi Ramadhan dan lebaran di mana permintaan (bahan pokok) biasanya mengalami kenaikan. Dan ini ada tambahan dari kenaikan PPN,” tambah Bhima.
Hal tersebut akan sangat berdampak pada masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah.
“Harus memperhatikan juga kesiapan dari daya beli masyarakat terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok. Karena yang terkena dampak adalah masyarakat menengah bawah,” katanya.
PAJAKBaca Juga: Kabar Gembira Bagi Calon Pembeli! Dari Xpander Sampai Brio, Berikut Daftar Mobil yang Dapat Insentif Pajak PPnBM 2022 Beserta Besarannya
Kenaikan tarif PPN sebaiknya ditunda
Melihat dampak dan situasi yang mungkin terjadi, menurut Bhima, pemerintah sebaiknya menunda kenaikan tarif PPN 11 persen.