GridStar.ID - Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas terkenal sebagai kampung YouTuber.
Sudah banyak content creator yang sukses memiliki konten YouTube.
Salah satunya Sutirwan alias Angger Pradesa.
Pedagang cilok keliling berusia 45 tahun ini sudah memiliki akun YouTube sejak 2018 lalu.
Hingga kini akun YouTubenya sudah memiliki 100ribu subscribers.
Hal ini diawali dari pertemuannya dengan Siswanto alias Siboen Nugroho, inisiator Kampung YouTuber.
Angger sejak kecil sudah putus sekolah dan tinggal bersama kakek dan neneknya.
Setelah dewasa, Angger sempat mencoba menjadi penyiar radio amatir di desanya dengan acara dangdut selama 5 tahun dilansir dari Kompas.com.
Barulah Angger menjual cilok keliling pada 2002 dengan gerobak pikul hingga akhirnya menggunakan motor.
"Setelah menikah saya jualan cilok keliling, sekitar tahun 2002. Awalnya dipikul, kemudian pakai gerobak dorong, tapi waktunya habis di jalan, jadi saya kredit motor," ujar Angger.
Akhirnya nasibnya berubah setelah memutuskan mencoba membuat YouTube setelah bertemu Sibeon.
"Waktu itu saya lagi jualan kehujanan, kemudian berteduh. Saat berteduh itu melihat anak-anak kecil lagi nonton YouTubenya Sibeon, ternyata teman sendiri," ujarnya.
"Saya tertarik menjadi YouTuber untuk menambah penghasilan. Jualan cilok kadang sehari habis, kadang sampai tiga hari, kadang sampai modal habis.
Malam itu saya langsung dapat memenuhi jam tayang untuk monetisasi, jumlah subscriber juga lumayan. Kebetulan waktu itu dari beberapa teman yang bareng tidak bisa live, hanya saya yang bisa," bebernya.
Dirinya juga sempat memiliki beberapa konten termasuk misteri dan konten masakan tradisional, bahkan masak di alam bebas.
"Pagi saya menyiapkan cilok, siang berjualan sambil nge-vlog. Sepulang jualan, malam harinya saya buat konten misteri.
Sejak awal pandemu Covid-19 saya berehnti berjualan cilok dan fokus di YouTube, karena jualannya sepi," ujarnya.
Tarinah, sang istri yang merupakan mantan TKI adalah kameramen YouTubenya.
"YouTuber harus kreatif, harus ditekuni. Seperti orang memelihara kambing, kalau tidak diurus tidak akan menghasilkan keuntungan," sebutnya.
Lama-lama channel YouTubenya berkembang dan bisa meraup hingga Rp 10 juta per bulan.
"Sekarang rata-rata saya dapat Rp 10 juta per bulan, kadang lebih, kadang juga kurang," pungkasnya. (*)