Follow Us

Harusnya Musim Kemarau, Tapi Setiap Hari Masih Turun Hujan, Ini yang Terjadi Menurut Lapan

Hinggar - Kamis, 24 Juni 2021 | 14:31
Ilustrasi payung dan musim hujan
Shutterstock

Ilustrasi payung dan musim hujan

Sisa-sisa La Nina

Erma mengatakan, penghangatan suhu permukaan laut di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera itu juga merupakan bagian dari feedback response terhadap kondisi di Samudera Pasifik yang saat ini mengalami La Nina.

Namun, menurut dia, saat ini La Nina semakin melemah dan cenderung menuju kondisi netral.

Erma menambahkan, Dipole Mode negatif ini diprediksi hanya berlangsung secara singkat, yaitu dua bulan, Juli-Agustus, sehingga belum memenuhi kriteria Dipole Mode yang secara ilmiah harus terjadi minimal tiga bulan berturut-turut.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Luna Maya Senyum Sumringah Pamer Cincin di Jari Manis, Mantan Ariel NOAH Dilamar?

Wilayah yang terdampak Kendati Dipole Mode negatif diprediksi hanya berlangsung singkat, namun eksistensi vorteks dan penghangatan suhu permukaan laut di perairan lokal Indonesia diprediksi akan terus berlangsung hingga Oktober.

"Gabungan vorteks dan anomali suhu permukaan laut lokal ini merupakan faktor pembangkit yang menyebabkan anomali musim kemarau cenderung basah pada tahun ini," kata Erma.

Fenomena anomali musim kemarau basah itu akan terjadi, terutama di wilayah Indonesia bagian selatan, meliputi Jawa hingga Nusa Tenggara Timur, dan timur laut yang meliputi wilayah Maluku, Sulawesi, dan Halmahera. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengapa Hujan Masih Turun meski Musim Kemarau? Ini Penjelasan Lapan

Source : Kompas.com

Editor : Grid Star

Baca Lainnya

Latest