Follow Us

Harusnya Musim Kemarau, Tapi Setiap Hari Masih Turun Hujan, Ini yang Terjadi Menurut Lapan

Hinggar - Kamis, 24 Juni 2021 | 14:31
Ilustrasi payung dan musim hujan
Shutterstock

Ilustrasi payung dan musim hujan

Menurut Erma, pembentukan vorteks yang sangat intensif di Samudera Hindia sejak awal Juni, diprediksi akan bertahan sepanjang periode musim kemarau.

"Sehingga berpotensi menimbulkan anomali musim kemarau yang cenderung basah sepanjang bulan Juli-Oktober pada tahun ini," kata Erma dikutip dari unggahan akun Instagram Lapan, Selasa (22/06).

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Mendadak Limbad Kuliti Sikap Asli Ayu Ting Ting yang Tak Diketahui Publik, Rahasia Karier Sang Biduan Terbongkar!

Dipole Mode negatif di Samudera Hindia

Erma mengatakan, potensi anomali musim kemarau basah itu juga diperkuat dengan prediksi pembentukan Dipole Mode negatif di Samudera Hindia.

Menurut Erma, fenomena tersebut berpotensi menimbulkan fase basah di barat Indonesia.

Dia menjelaskan, Dipole Mode itu ditandai dengan penghangatan suhu permukaan laut di Samudera Hindia dekat Sumatera.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Mendadak Lulu Tobing Gugat Cerai Sang Suami yang Baru 2 Tahun Dinikahinya

"Sedangkan sebaliknya di wilayah dekat Afrika mengalami pendinginan suhu permukaan laut," ujar Erma.

Erma mengatakan, kondisi tersebut mengakibatkan pemusatan aktivitas awan dan hujan terjadi di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera.

"Sehingga berdampak pada pembentukan hujan yang berkepanjangan selama musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia," kata Erma.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Dinda Kirana Tiba-tiba Bagikan Kondisinya Terbaring di Ranjang Rumah Sakit hingga Pinggulnya harus Diselang, Ada Apa?

Halaman Selanjutnya

Sisa-sisa La Nina

Source : Kompas.com

Editor : Grid Star

Baca Lainnya

Latest