Menurut riset yang diterbitkan dalam jurnal BMJ, mutasi E484K bukanlah varian baru.
Virus ini adalah mutasi yang terjadi pada varian berbeda yang telah ditemukan pada varian Afrika Selatan (B.1.351) dan Brasil (B.1.1.28).
Mutasi terjadi pada lonjakan protein dan tampaknya berdampak pada respons kekebalan tubuh.
Laporan dari News Medical net juga mengatakan, E484K, mendorong protein untuk memiliki interaksi elektrostatis yang lebih disukai, sehingga mengubah afinitas pengikatannya.
Dengan kata lain, mutasi ini memperkuat ikatan antara protein virus dan reseptornya yang mengurangi respons imun pada inang.
Dari hasil penyelidikan juga ditemukan bahwa mutasi E484K dapat meningkatkan afinitas pengikatan RBD ke reseptor hACE2.
Hal ini terjadi karena gaya elektrostatis yang lebih disukai dan antarmuka pengikatan lebih ketat yang disebabkan oleh mutasi.
Ikatan kuat terbentuk akibat penataan ulang struktur lokal yang sesuai di sekitar residu mutan dan pembentukan ikatan hidrogen yang lebih banyak.
Hal tersebut juga menyebabkan E484K lebih menular. Selainitu, peneliti juga menemukan bahwa mutasi E484K dan mengurangi ikatan antara RBD dan antibodi.