"Pertama, kita bicara dulu dengan adanya pertumbuhan bibit siklon tropis dengan indikator 96S namanya, masih belum menjadi badai tropis, tetapi keberadaan tekanan rendah tersebut mengakibatkan banyak sekali area-area pertemuan angin di kawasan Jawa khususnya," terangnya.
"Ditambah yang kedua, aktivitas monsun Asia itu begitu kuat sekarang. Aktivitas monsun Asia ini juga diiringi dengan adanya seroakan dingin istilahnya, mengakibatkan dorongan masa udara yang masif di kawasan Sumatera dan juga Jawa," imbuh Agie.
Kemudian, kedua fenomena tadi ditambah dengan adanya propagasi gelombang tropis yang disebut madden julian oscillation, mengakibatkan kondisi cuaca di Indonesia intens dengan hujan yang tinggi.
Oleh karena itu, pihaknya mengeluarkan peringatan dini semenjak akhir pekan lalu dan terjadi banyak kejadian-kejadian bencana di Sumatera, Jawa, dan daerah-daerah lainnya.
"Kondisi ini memang kami cukup prihatin dengan banyaknya dampak yang terjadi, namun untuk kewaspadaan, maka ke depan kondisi ini setidaknya seminggu ke depan ini masih akan tetap bertahan (cuaca ekstrem)," kata Agie.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satgas Covid-19 Sebut Akhir Tahun Ada Cuaca Ekstrem, Benarkah?"