Pernyataan-pernyataan itu disampaikan dalam kesempatan pidato di Majelis Umum PBB yang membicarakan pandemi virus corona, Jumat (4/12/2020).
Meski cahaya terang di ujung lorong panjang nan gelap sudah terlihat dan terus membesar, Tedros memperingatkan jalan di depan masih berbahaya.
Sebab adanya vaksin tidak bisa mengatasi kemiskinan, kelaparan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, dan banyak masalah akar lain yang selama ini sudah berlangsung.
"Kita tidak bisa dan tidak boleh kembali ke pola produksi dan konsumsi eksploitatif yang dulu, pengabaian terhadap planet yang menopang semua kehidupan, siklus panik dan campur tangan, serta politik yang memecah belah memicu pandemi ini,” ujar dia.
Dalam setahun ini, dunia memiliki pengalaman yang begitu kompleks akibat datangnya penyakit baru yang merajalela.
Kasih sayang, bingung, pengorbanan, ilmu pengetahuan, teori konspirasi, solidaritas, inovasi, terganggunya berbagai urusan, perpecahan, dan banyak hal lain terjadi dalam waktu bersamaan selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Melihat apa yang terjadi hari ini, Tedros menyebut kasus Covid-19 akan tumbuh subur di negara-negara yang memiliki ciri tertentu.
"Di mana sains tenggelam oleh teori konspirasi, di mana solidaritas dirusak oleh perpecahan, di mana pengorbanan diganti dengan kepentingan pribadi, virus tumbuh subur, virus menyebar," kata dia tanpa menyebut negara yang dimaksud.
Untuk itu, diharapkan dunia bersatu padu melawan penyakit ini dan menjadikannya musuh bersama.