Menurut dia, virus corona berevolusi secara alami melalui seleksi, dan kebanyakan mutasi tidak berpengaruh.
Mutasi lain mungkin tidak menyebabkan gejala klinis yang lebih parah, tetapi membuat virus itu "lebih berhasil dibanding yang lain".
Namun, ini tidak berarti virus akan menjadi lebih ganas.
Baca Juga: Ini Reaksi yang Terjadi pada Tubuh 21 Relawan Usai Disuntik Calon Vaksin Covid-19
Melansir Kontan.ID, sebaliknya, bisa membuat virus lebih ringan atau tanpa gejala, menyebabkan infeksi yang lebih lama dan tidak terdeteksi, Dr Maurer-Stroh menjelaskan.
Hanya, dalam kasus yang lebih jarang, virus bisa mengembangkan kemampuan yang meningkat untuk mengikat sel manusia.
Lalu, meningkatkan replikasi atau penghindaran respons inang, yang meningkatkan penularan dan keparahan virus.
"Saat wabah berkembang dari waktu ke waktu dan lebih banyak data tersedia, varian baru akan muncul.
"Ini adalah bagian dari evolusi alami virus yang biasanya tidak terkait dengan perbedaan dalam virulensi," kata Dr Maurer-Stroh.
Pada Minggu (16/08), Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mendesak kewaspadaan publik yang lebih besar setelah pihak berwenang mendeteksi mutasi D614G dari virus korona dalam dua kluster baru-baru ini.