GridStar.ID - Jepang terkenal dengan kelompok gangster mengerikan yang dikenal dengan istilah Yakuza.
Yakuza zaman dulu identik dengan tato tradisionalnya yang bernama irezumi.
Irezumi biasanya berkaitan dengan simbolisme dalam budaya, agama dan seni di Jepang.
Di masa lalu, tato wajib di banyak klan yakuza.
Di zaman modern, praktik ini tidak umum, banyak yakuza di abad 21 menjaga kulit bersih agar lebih berbaur dengan masyarakat.
Sebaliknya, semakin banyak non-yakuza di Jepang yang mendapatkan tato.
Meskipun ada perubahan-perubahan ini, tato dianggap sebagai ritus peralihan untuk yakuza.
Selain sebagai penanda anggota yakuza, tak jarang tato juga dianggap sebagai sesuatu yang negatif di masyarakat.
Namun ternyata, tato khususnya yang berkaitan dengan yakuza tidak selalu seperti itu.
Kisah yang terjadi pada Sheikh Taqy Takazawa atau Taqy Takazawa (45) yang merupakan mantan anggota yakuza dan menjadi pembicaraan.
Nyatanya, Taqy Takazawa tak pernah menjadi yakuza.
"Saya bukan yakuza dan tak pernah jadi yakuza. Dulu saat kecil memang saya anak berandalan, nakal seperti anak nakal lainnya", jelas Taqy.
Taqy ingin meluruskan mengenai dirinya yang banyak diberitakan sebagai mantan anggota yakuza.
"Selama menjadi seniman tato atau mentato orang, hanya satu anggota yakuza yang saya tato.
Itu pun belum selesai sudah kabur karena kesakitan, dia tak tahan," katanya.
Taqy mengakui tak tahu dari mana berita dan informasi yang muncul sehingga pemberitaan mengenai dirinya banyak yang tidak benar.
Ketertarikan Taqy kepada tato sudah dimulai sejak di bangku SMA.
"Saya hanya satu tahun di SMA, tidak lulus. Lalu sekitar tahun 1992 saya mulai menekuni sendiri cara mentato orang. Semua saya pelajari sendiri, tidak pernah belajar dari orang lain. Mungkin inilah karakter saya ya," jelasnya.
Sampai saat ini pun kalau ada yang minta ditato, Taqy akan tetap melayani.
Saat ini, Taqy sudah memeluk agama Islam dan menjadi Imam Masjid Jepang.
Melansir Intisari, sekitar tahun 2006 dia bertemu dengan seorang tua berpakaian serba putih, bersorban putih dan juga berjanggut putih di Shibuya, Tokyo.
Orang itu bernama Sheikh Niamatullah.
"Dia orang Turki dan saat itu dia yang panggil saya, ke sini, ke sini katanya lalu memperlihatkan selembar kertas bertuliskan kalimat syahadat la ilaha illallah. Saya tak mengerti waktu itu," jelasnya.
"Saya orang Jepang biasa yang suka belajar segala macam agama.
Tetapi dengan Islam saya kok jadi tertarik sekali setelah dia menjelaskan kepada saya. Akhirnya saya belajar sendiri mengenai Islam dari berbagai buku dan tanya-tanya ke masjid di Yoyogi Tokyo.
Dijelaskan semua mengenai Islam di sana dan saya bersosialisasi kenalan sama banyak orang Islam di masjid tersebut," bebernya lagi.
Akhirnya setahun kemudian Taqy menunaikan ibadah ke Mekah dan Madinah.
"Di Mekkah Madinah saya juga tak pernah jadi imam besar.
Berita menuliskan saya pernah jadi imam besar di Arab tidak benar.
Saya salat bersama-sama orang Islam lain di sana dan hanya seminggu di sana sekaligus mempelajari Islam lebih mendalam lagi," jelasnya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Wiken.ID dengan judul Berawal dari Tato Kalimat Syahadat, Pria yang Diduga Mantan Yakuza Ini Pilih Jadi Mualaf dan Beribadah Sampai Makkah