Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Tak Sedikit Orang Kehilangan Pekerjaan karena Covid-19, ILO Soroti Hal Ini dan Ungkap Skenario Pemulihan, Ada 3 Cara! Apa Saja ya Solusinya?

Tiur Kartikawati Renata Sari - Jumat, 03 Juli 2020 | 23:00
(Ilustrasi) Tak Sedikit Orang Kehilangan Pekerjaan karena Covid-19, ILO Soroti Hal Ini dan Ungkap Skenario Pemulihan, Ada 3 Cara! Apa Saja ya Solusinya?
ShutterStock

(Ilustrasi) Tak Sedikit Orang Kehilangan Pekerjaan karena Covid-19, ILO Soroti Hal Ini dan Ungkap Skenario Pemulihan, Ada 3 Cara! Apa Saja ya Solusinya?

GridStar.ID - Di tengah wabah corona, tak sedikit orang terancam kehilangan pekerjaan.

Pasalnya, pandemi ini sangat berdampak pada aktivitas publik termasuk ekonomi.

Hal ini juga menjadi kekawatiran ILO.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Pakar Kesehatan Amerika Serikat Sebut Virus Corona Telah Bermutasi dan Bakal Lebih Mudah Menular. Begini Penjelasan WHO!

Jumlah jam kerja yang hilang di seluruh dunia pada pertengahan pertama tahun 2020 secara signifikan memburuk dari perkiraan sebelumnya, sementara tingginya ketidakpastian pemulihan pada pertengahan tahun kedua tidak memadai untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi, bahkan dalam skenario terbaik, dan berisiko untuk melihat berlanjutnya hilangnya pekerjaan dalam skala besar, demikian Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengingatkan.

Menurut Monitor ILO: COVID-19 dan dunia kerja: Edisi ke-5, terdapat penurunan 14 persen dari jam kerja global selama kuartal kedua tahun 2020, yang setara dengan hilangnya 400 juta pekerjaan penuh waktu (berdasarkan 48 jam kerja seminggu). Ini merupakan peningkatan tajam dari perkiraan Monitor yang sebelumnya (diterbitkan pada 27 Mei), yaitu penurunan sebesar 10,7 persen (305 juta pekerjaan).

Figur baru ini mencerminkan memburuknya situasi di banyak wilayah selama beberapa minggu belakangan, terutama di perekonomian berkembang. Secara regional, hilangnya jam kerja untuk kuartal kedua adalah: Amerika (18,3 persen), Eropa dan Asia Tengah (13,9 persen), Asia dan Pasifik (13,5 persen), Negara-negara Arab (13,2 persen), dan Afrika (12,1 persen).*

Baca Juga: Ungkap Biang Kerok Penularan, Risma Beberkan 90 Persen Kenaikan Kasus Covid-19 Berasal dari Perumahan Mewah, Wali Kota Surabaya: Kampung Itu Turun

Mayoritas terbesar adalah pekerja di dunia (93 persen) yang tinggal di negara-negara dengan adanya penutupan tempat kerja, dengan Amerika mengalami pembatasan terbesar.

Monitor terbaru ini memaparkan tiga skenario untuk pemulihan pada pertengahan kedua tahun 2020: berdasarkan data, pesimistis dan optimistis. Ini menekankan pada hasil jangka panjang yang tergantung pada perkiraan masa depan pandemi dan pilihan kebijakan pemerintah.

Model pendataan – yang mengasumsikan membaiknya kegiatan ekonomi sejalan dengan ramalan, pembebasan tempat kerja dari pembatasan dan pemulihan dalam konsumsi serta investasi – memproyeksikan penurunan jam kerja sebesar 4,9 persen (setara dengan 140 juta pekerjaan penuh waktu) dibandingkan dengan kuartal keempat tahun 2019.

Baca Juga: Bak Angin Segar Berakhirnya Pandemi Corona, Perusahaan Yakini Uji Coba Vaksin Virus Covid-19 Tunjukkan Hasil yang Menggembirakan!

Skenario pesimistis mengasumsikan gelombang kedua pandemi dan kembali berlakunya pembatasan yang akan memperlambat pemulihan secara signifikan. Konsekuensinya adalah membesarnya jam kerja yang hilang menjadi 11,9 persen (340 juta pekerjaan penuh waktu).

Skenario optimistis mengasumsikan pemulihan kegiatan pekerja yang cepat, yang mendorong permintaan dan penciptaan lapangan kerja secara signifikan. Dengan pemulihan yang sangat cepat ini, hilangnya jam kerja global akan berkisar 1,2 persen (34 juta pekerjaan penuh waktu).

Dampak terhadap perempuan

Baca Juga: Gara-Gara Corona, Tak Hanya Banyak Ibu Hamil Muda, Ribuan Perempuan di Jawa Barat Sandang Status Janda saat Pandemi Covid-19, Sebagian Besar Gugat Cerai Lantaran 2 Hal Ini

Monitor juga menemukan bahwa pekerja perempuan secara tidak proporsional terkena imbas pandemi, menciptakan risiko kemajuan sederhana dalam kesetaraan gender yang terjadi dalam beberapa dasawarsa ini akan hilang dan ketimpangan gender terkait kerja akan memburuk.

Dampak buruk COVID-19 terhadap pekerja perempuan terkait dengan besarnya keterwakilan mereka dalam sejumlah sektor perekonomian yang paling terkena imbas buruk krisis ini, seperti akomodasi, makanan, penjualan dan manufaktur. Secara global, hampir 510 juta atau 40 persen keseluruhan perempuan dipekerjakan di empat sektor yang paling terkena dampak dibandingkan dengan 36,6 persen laki-laki.

Perempuan juga mendominasi sektor pekerjaan rumah tangga dan sektor pekerjaan kesehatan dan perawatan sosial, di mana mereka paling berisiko kehilangan pendapatan dan terkena infeksi dan tertular, serta cenderung tidak memiliki perlindungan sosial. Distribusi yang tidak setara dalam pekerjaan perawatan di masa sebelum pandemi semakin sulit selama krisis ini, dan semakin memburuk dengan penutupan sekolah dan jasa perawatan.

Baca Juga: Pasien Positif Corona dan Sembuh Sama-sama Capai Seribu Kasus, Provinsi Ini Menjadi yang Tertinggi Mencapai 394 Orang Pasien Sembuh pada 30 Juni

Saat negara-negara telah mengadopsi perangkat kebijakan dengan kecepatan dan jangkauan beragam, Monitor menyoroti beberapa tantangan utama ke depan:

1. Menemukan keseimbangan yang tepat dan mengurutkan intervensi kesehatan, ekonomi dan sosial serta kebijakan untuk menghasilkan keluaran pasar kerja yang optimal dan berkelanjutan.

2. Menerapkan dan melanjutkan intervensi kebijakan di skala yang penting saat sumber daya semakin terbatas.

Baca Juga: Harap Waspada! Makin Marak Obat Virus Corona Ilegal yang Ditawarkan Dukun Gadungan, Sudah Sampai Dipromosikan di Radio

3. Melindungi dan mempromosikan kondisi kelompok-kelompok rentan, kurang beruntung dan paling terkena dampak untuk membuat pasar kerja yang lebih adil dan setara.

4. Memastikan solidaritas dan dukungan internasional, terutama untuk negara-negara baru dan berkembang.

5. Memperkuat dialog sosial dan menjunjung hak.

Baca Juga: Belum Selesai dengan Virus Corona, Kini Ilmuwan Menemukan Flu Babi Jenis Baru dari China yang Mungkin Jadi Pandemi

“Keputusan yang kita ambil saat ini akan berdampak untuk tahun-tahun ke depan dan bahkan melampaui 2030. Kendati negara-negara berada pada tahapan pandemi yang berbeda dan sudah banyak yang dilakukan, kita perlu menggandakan usaha kita jika ingin keluar dari krisis ini dalam kondisi yang lebih baik dari saat ini mulai terjadi,” ujar Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder.

“Minggu depan ILO menyelenggarakan Pertemuan Tingkat Tingg Global secara daring mengenai COVID-19 dan Dunia Kerja. Saya berharap pemerintah, pekerja dan pengusaha akan mempergunakan kesempatan ini untuk memaparkan dan mendengar ide-ide inovatif, membahas pembelajaran dan melahirkan rencana konkret untuk bekerja sama menerapkan pemulihan yang kaya lapangan kerja, inklusif, setara dan berkelanjutan. Kita harus menjawab tantangan membangun masa depan yang lebih baik,” ia menyimpulkan. (*)

Editor : Grid Star

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x