Juno pun kembali mejalankan isolasi mandiri di indekosnya usai hasil swab test dinyatakan negatif.
"Sampai sekarang pun masih ada kerasa gejala batuk, beda dari yang awal. Kalau awal itu enggak kira-kira, kita ambil napas itu gatel lagi, biasanya tarik napas aja udah gatel, dan batuk kering, kalo sekarang ada dahak," ujar Juno.
Meski begitu, Juno tetap menjalankan kewajibannya sebagai karyawan dengan keringanan work from home (WFH).
"Dia bilang kalau kondisi nyeri itu wajar, mungkin efek kena sequela-sequela, efek setelah saya kena suatu penyakit," lanjut Juno.
"Jadi, total dari saya pertama gejala sampai sekarang sudah 91 hari dilalui," kata dia.
"Covid-19 itu jelas ada, nyata. Kita harus mematuhi aturan-aturan itu saja, karena kalau kena penyakit ini, okelah bisa sembuh, tapi penyakit ini repot, kalau sembuh, syukur-syukur tidak kena keluhan lainnya," kata Juno.
"Itu saya ke RS swasta kan dua kali, yang pertama abis sekitar Rp 33 juta untuk 9 hari, dan yang kedua habis sekitar Rp 37 juta itu sekitar semingguan di sana, jadi total abis Rp 70 juta," ujar Juno.
Menurutnya, biaya tersebut terbilang besar dan ia pun bersyukur tidak mengalami gejala sesak napas di mana gejala ini juga muncul pada pasien Covid-19 lainnya.
Sebab, seorang pasien yang mengalami sesak napas tentu akan membutuhkan ventilator, di mana perawatan dengan alat tersebut bisa mencapai ratusan juta rupiah. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Juno, Survivor yang Berjuang Melawan Covid-19 Selama 91 Hari