Follow Us

Bongkar Jenazah Korban Virus Corona, Peneliti Asal China Dibuat Terkejut Bukan Main Temukan Kerusakan hingga Sebut Pengobatan dari WHO Ini Tidak Boleh Digunakan Rutin karena Picu Hal Berbahaya Ini!

Yulia Susanti - Sabtu, 16 Mei 2020 | 14:00
Bongkar Jenazah Korban Virus Corona, Peneliti Asal China Dibuat Terkejut Bukan Main Temukan Kerusakan hingga Sebut Pengobatan dari WHO Ini Tidak Boleh Digunakan Rutin karena Picu Hal Berbahaya Ini!
Ilustrasi Peneliti EPA-EFE/YONHAP SOUTH KOREA OUT(YONHAP)

Bongkar Jenazah Korban Virus Corona, Peneliti Asal China Dibuat Terkejut Bukan Main Temukan Kerusakan hingga Sebut Pengobatan dari WHO Ini Tidak Boleh Digunakan Rutin karena Picu Hal Berbahaya Ini!

GridStar.ID - Peneliti dari berbagai negara sedang berusaha menemukan vaksin corona.Tak hanya itu, mereka juga berupaya mencari tahu bagaimana corona terbentuk.Hal itu dilakukan guna mengantisipasi wabah lain kedepannya karena setiap wabah pasti ada sebab muasalnya.

Baca Juga: Tak Hanya Remehkan Virus Corona, Youtuber Indira Kalistha Ternyata Juga Abaikan Aturan PSBB dan Hadir di Penutupan McDonald SarinahPeneliti China melakukan otopsi untuk mengetahui organ dalam tubuh korban yang meninggal akibat corona.Otopsi dilakukan para ahli dari Pusat Medis Kelima Rumah Sakit Umum, Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing.Menurut laporan yang diterbitkan jurnal medis Inggris, mereka peroleh sampel biopsi dan otopsi dari seorang pria berusia 50 tahun.Baca Juga: 2 Bulan Diminta Belajar di Rumah Saja Selama Pandemi Virus Corona, Pemerintah DKI Jakarta Putuskan Jadwal Siswa Bisa Kembali Belajar di Sekolah

Melansir Sosok.id, hasilnya ilmuwan temukan situasi yang mirip dengan wabah SARS, penyakit yang pernah menyerang China Selatan tahun 2002-2003.Pada saat itu SARS menewaskan lebih dari 800 orang dan lebih dari dua lusin negara saat itu juga merasakan dampak dari wabah tersebut.Sementara itu wabah MERS mewabah tahun 2012, pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi menyebabkan 860 kematian secara global.

Baca Juga: Nekat! Sudah Tahu Positif Corona, Orang Ini Malah Mengamuk dan Peluk Warga Karena Jadi Bahan Tontonan Saat Dijemput Petugas degan APD LengkapPria yang diotopsi di Beijing itu memiliki gejala awal pada 14 Januari kemudian meninggal dua mingggu kemudian.Setelah itu dia mendonasikan tubuhnya untuk bahan penelitian jika dirinya meninggal, namun akhirnya dia benar-benar tewas.Kemudian setelah ilmuwan melakukan penelitin dengan otopsi temukan pada alveoli di kedua paru-parunya mengalami kerusakan.

Bongkar Jenazah Korban Virus Corona, Peneliti Asal China Dibuat Terkejut Bukan Main Temukan Kerusakan hingga Sebut Pengobatan dari WHO Ini Tidak Boleh Digunakan Rutin karena Picu Hal Berbahaya Ini!
KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN

Bongkar Jenazah Korban Virus Corona, Peneliti Asal China Dibuat Terkejut Bukan Main Temukan Kerusakan hingga Sebut Pengobatan dari WHO Ini Tidak Boleh Digunakan Rutin karena Picu Hal Berbahaya Ini!

Baca Juga: Negara Ini Berbatasan Langsung dengan China, Tetapi Tak Ditemukan Korban Meninggal Karena Virus Corona, Bagaimana Cara Mereka Tangani Pandemi?

Juga ditemukan cedera pada hatinya yang kemungkinan disebabkan oleh virus corona.Ada kerusakan yang kurang substansial pada jaringan jantung, menunjukkan bahwa infeksi "mungkin tidak secara langsung merusak jantung."Peneliti mengatakan, bahwa pengobatan antiinflamasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak boleh secara rutin digunakan di luar uji klinis.

Baca Juga: Dicap Tukang Kontroversi, Jerinx SID Lagi-lagi Bikin Keributan hingga Sentil Artis-artis yang Galang Dana Donasi di Tengah Konfliknya dengan Ahmad Dhani yang Belum UsaiWa Fu-sheng dan Zhao Jingmin dua rekan penulis itu tidak mampu menghadapi kometar lebih lanjut.Tapi mereka mencatat dalam penelitian ini bahwa tidak ada patologi yang ditemukan, sebelum kasus virus corona.Wabah ini telah menyebabkan sekitar 74.000 orang terinfeksi dan lebih dari 2.000 orang meninggal, sementara yang disembuhkan sekitar 16.000 orang.Baca Juga: Gembar-gembor Kritik Era Jokowi, Anies Baswedan Beberkan Hutang Pemerintah Pusat Sebesar Rp 2,5 Triliun di Tengah Pandemi Corona

Lebih dari 25 negara telah melaporkan infeksi virus corona, dan memicu kekhawatiran bahwa wabah tersebut oleh WHO digolongkan sebagai darurat global.Sebuah studi terpisah yang diterbitkan dalam The Lancet oleh para spesialis dari University of Edinburgh pada 7 Februari berpendapat bahwa, tentang penggunaan kortikosteroid.Suatu kelas hormon steroid banyak digunakan selama wabah SARS dan MERS dan telah dicoba pada pasien virus corona baru.

Baca Juga: Seorang Youtuber Kini Kembali Berulah, Kini Giliran Indira Kalistha yang Buat Kontroversi Terkait Covid-19: Corona? B Aja GituStudi pengamatan menyarankan penggunaannya untuk mengurangi peradangan dapat menyebabkan komplikasi termasuk diabetes, kematian jaringan tulang dan penundaan pengangkatan virus.Lima ilmuwan China yang dipimpin oleh Lianhan Shang dari Universitas Pengobatan China Beijing, menerbitkan tanggapan terhadap penelitian yang mendorong penggunaaan kortikosteroid dalam kasus tertentu.Tanggapan ini mengakui risiko penggunaan kortiskosteroid dosis tinggi pada pasien virus corona, termasuk potensi infeksi lainnya.Tapi mungkin dibenarkan untuk pasien yang sakit kritis dengan peradangan yang signifiasinnya terletak di paru-paru mereka.(*)

Source : Sosok.id

Editor : Hinggar

Baca Lainnya

Latest