Di Singapura, informasi seperti detail tempat pasien tinggal, bekerja, dan bermain dirilis dengan cepat secara online.
Singapura memanfaatkan CCTV dan catatan imigrasi untuk mengungkapnya, selain itu Singapura memiliki 140 pelacak kontak yang menjabarkan riwayat kasus setiap pasien.
Mereka bekerjasama dengan polisi dan layanan keamanan setempat, pengendalian penyakit melanggar kebebasan individu, tapi masyarakat Singapura mau menerima perintah atau aturan dari pemerintah untuk kesehatan bangsanya.
Aturan saja tidak cukup, masyarakat juga harus tertib mengikuti aturan yang dibuat pemerintah.
Hal itu memungkinkan orang lain melindungi diri mereka sendiri. Pemerintah juga memiliki klinik khusus untuk epidemi.
Selain itu pemerintah mengeluarkan pesan resmi yang mendesak masyarakat untuk mencuci tangan dan mengatur tata cara bersin selama flu.
Kebijakan lain yang dibuat Singapura adalah pelarangan wisatawan mulai akhir Januari, Singapura menjadi salah satu negara yang melarang wisatawan dari China.
Di negara berpenduduk 5,7 juta orang itu, pemerintahnya mengembangkan kemampuan untuk menguji lebih dari 2.000 orang per hari, pengujian sampel itu gratis.
Demikian juga perawatan medis untuk semua penduduk, orang yang diketahui dekat dengan pasien dimasukkan ke dalam karantina wajib untuk menghentikan penularan lebih lanjut.