GridStar.ID - Kasus bullying dan kekerasan di sekolah masih saja kerap kali terjadi.
Kali ini peristiwa yang tak manusiawi datang dari sebuah sekolah yang ada di Maumere, Nusa Tenggara Timur.
Ada sebanyak 77 siswa dari 89 siswa kelas VII Seminari Bunda Segala Bangsa yang disiksa oleh dua orang pendamping siswa.
Baca Juga: Bejat! Motif Pemerkosaan Pacari Murid SD-nya hingga Ajak Berhubungan Badan di Kantor Kepala Sekolah
Dikutip dari kompas.com, 77 siswa tersebut disiksa dengan dipaksa memakan feses atau kotoran manusia pada Rabu (19/02) lalu oleh pendamping siswa.
Salah satu korban menuturkan bagaimana awal mula hal tersebut terjadi hingga akhirnya kejadian menjijikan itu dilakukan.
Para siswa saat itu selesai makan siang dan kembali ke asrama untuk istirahat.
Namun salah satu pendamping menemukan kotoran manusia yang tersimpan dalam sebuah lemari kosong.
Pendamping siswa kemudian mengumpulkan semua anak untuk mencari tahu orang yang menyimpan kotoran tersebut.
Tak ada satu pun siswa yang mengaku, kemudian pendamping menyendok kotoran tersebut dan disuap ke mulut para siswa.
Baca Juga: Rekor Dunia, Perempuan Ini Mampu Berhubungan Intim dengan 1.000 Pria dalam Sehari, kok Bisa?
Para siswa pun tak berdaya dan tak bisa melakukan perlawanan dengan perlakuan tersebut.
" Kami terima dan pasrah. Jijik sekali, tetapi kami tidak bisa melawan," ujar siswa kelas VII yang namanya tak ingin disebutkan kepada Kompas.com.
Para siswa tak mau melaporkan hal ini kepada orang tua karena takut akan mendapatkan siksaan dari pendamping.
Ancaman juga dilakukan para pendamping jika sampai kejadian tersebut keluar.
Tetapi salah seorang siswa memberitahukan hal ini pada orang tuanya, dan kasus terbongkar pada Jumat (21/02).
Salah satu orang tua murid, Martinus mengaku kecewa dengan perlakukan pendamping asrama tersebut.
"Menurut saya, pihak sekolah beri tindakan tegas bagi para pelaku. Yang salah ditindak tegas. Bila perlu, dipecat saja," ujar Martinus.
Tak ingin anaknya mengalami masalah lebih lanjut, ia memilih memindahkannya ke sekolahan yang lain.
"Saya juga memutuskan untuk pindahkan anak dari sekolah ini. Biar pindah dan mulai dari awal di sekolah lain saja," sambungnya.
Pihak sekolah kemudian memberikan penjelasan terkait dengan kejadian yang terjadi di lembaga pendidikannya.
Menurut Pimpinan Seminari Maria Bunda Segala Bangsa, Deodatus Du'u dalam rilis yang disampaikan mengatakan, kasus tersebut bukan dilakukan pendamping siswa, melainkan dua orang kakak kelas XII.
"Jadi kakak kelas ini menyentuhkan sendok yang ada feses tersebut pada bibir atau lidah siswa kelas VII,"tulisnya.
Setelah mendapatkan laporan dari orang tua siswa, pembina sekolah akhirnya meminta keterangan lebih lanjut pada oknum yang terlibat.
"Selanjutnya sebagai bentuk pembinaan, untuk kedua kakak kelas tersebut kami putuskan untuk mengeluarkan keduanya dari Seminari Maria Bunda Segala Bangsa," jelasnya.
Bagi para siswa kelas VII juga akan dilakukan pendampingan dan pendekatan lebih lanjut oleh para pembina untuk pemulihan mental dan menghindari trauma. (*)