Selama Ini Jadi Obat Covid-19, WHO Umumkan Tak Gunakan Remdesivir karena Bukti Kuat Ini

Minggu, 22 November 2020 | 09:00
Kompas.com

Selama Ini Jadi Obat Covid-19, WHO Umumkan Tak Gunakan Remdesivir karena Tidak Efektif

GridStar.ID - Wabah virus covid-19 masih menjadi masalah yang dihadapi hampir seluruh negara di dunia.

Sejak awal pandemi beberapa obat disebut bisa membantu terapi pemulihan pasien covid-19 salah satunya remdesivir.

Namun, WHO justru menyarankan tak menggunakan obat tersebut lantaran tidak menemukan peningkatan peluang kelangsungan hidup serta pengurangan kebutuhan penggunaan ventilator.

Baca Juga: Apa yang Harus Dilakukan Guna Cegah Lonjakan Covid saat Pilkada 2020?

"Tak ada bukti yang menunjukkan bahwa remdesivir meningkatkan hasil yang penting bagi pasien, seperti penurunan mortalitas, kebutuhan ventilasi mekanis, waktu untuk perbaikan klinis, dan lain-lain," kata pedoman WHO dilansir Reuters, Jumat (20/11/2020).

Rekomendasi WHO tersebut merupakan sebuah kemunduran bagi remdesivir yang sempat menarik perhatian sebagai pengobatan efektif untuk Covid-19 setelah klaim hasil pengujian yang menjanjikan.

Pada Oktober 2020, produsen remdesivir, Gilead Sciences, memangkas perkiraan pendapatan 2020 dengan alasan permintaan lebih rendah dan kesulitan dalam memprediksi penjualan obat yang juga dikenal dengan Veklury itu.

Baca Juga: Klaim 90 persen Berhasil, Vaksin Covid-19 Moderna Versus Pfizer, Mana yang Paling Efektif?

Remdesivir merupakan satu dari dua obat yang saat ini diizinkan untuk perawatan pasien virus corona di lebih dari 50 negara.

Akan tetapi, uji coba besar yang dipimpin WHO bulan lalu menunjukkan antivirus itu memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada kematian dan lamanya rawat inap di rumah sakit.

Obat tersebut juga termasuk salah satu obat yang digunakan untuk mengobati Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Baca Juga: Pilkada 2020: Bagaimana Nasib Pemilih yang Positif Covid-19?

Trump juga beberapa kali memuji obat itu di awal pandemi, meski tak banyak bukti medis yang mendukung klaimnya itu.

Sementara itu, Gilead pun mempertanyakan hasil temuan WHO tersebut.

"Veklury diakui sebagai standar perawatan untuk perawatan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dalam pedoman dari berbagai organisasi nasional yang kredibel," kata Gilead dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Kabar Baik di Tengah Pandemi Covid-19, Vaksin Virus Covid-19 dari Pfizer Disebut Paling Menjanjikan Hempas Wabah Corona

"Kami kecewa pedoman WHO tampaknya mengabaikan bukti ini pada saat kasus meningkat secara dramatis di seluruh dunia dan dokter mengandalkan Veklury sebagai pengobatan antivirus pertama," tambahnya.

Panel Guideline Development Group (GDG) WHO mengatakan, rekomendasinya didasarkan pada tinjauan bukti yang mencukupi data dari empat uji coba acak internasional.

Uji coba itu melibatkan lebih dari 7.000 pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit.

Baca Juga: Mohamed Salah Terkonfirmasi Positif Covid-19, Ini Sederet Bintang Lapangan Sepak Bola yang Sempat Terinfeksi Virus Corona

Setelah meninjau bukti, panel menyimpulkan remdesivir tidak memiliki efek yang berarti pada tingkat kematian atau hasil penting lainnya bagi pasien.

"Terutama mengingat implikasi biaya dan sumber daya yang terkait dengan remdesivir, panel merasa tanggung jawab harus menunjukkan bukti kemanjuran dan data yang tersedia saat ini," kata panel itu.

Rekomendasi WHO terbaru itu muncul setelah salah satu badan teratas dunia yang mewakili dokter perawatan intensif mengatakan antivirus tidak boleh digunakan untuk pasien Covid-19 di bangsal perawatan kritis.

Baca Juga: Klaim Efektivitasnya Sudah 90 Persen, Kandidat Vaksin Covid-19 Pfizer Inc Benarkah yang Paling Bagus?

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, misalnya yang dilakukan oleh National Institutes of Health, remdesivir disebut bisa mengurangi lama masa rawat inap pasien, dari 15 hari menjadi 11 hari.

Hal ini dikarenakan remdesivir dianggap mampu menghentikan replikasi virus yang jika tidak ditekan akan berdampak lebih lanjut pada perjalanan penyakit di tubuh.

"Jika Anda mulai menggunakan remdesivir sejak awal, Anda akan mendapatkan hasil yang lebih baik," kata ahli paru di Northwell Health, Hugh Cassiere.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Mamah Dedeh Positif Covid-19, Begini Kondisi Sang Pendakwah Diungkap Sang Anak: Itu Semua Kembali ke Allah

Sementara itu, dokter dari National Jewish Health, dr. Ken Lyn-Kew menyebut penting untuk terus mempelajari soal remdesivir.

Namun, terlepas dari itu semua, ia mengaku memang benar obat ativirus ini tidak begitu bekerja jika diberikan pada pasien dengan kondisi parah.

"Data menunjukkan remdesivir benar-benar tidak bekerja dengan baik pada pasien yang dirawat di rumah sakit," kata Lyn-Kew. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WHO Sarankan Dokter Tak Gunakan Remdesivir untuk Pasien Covid-19, Kenapa?"

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : Kompas

Baca Lainnya