Bak Petir di Siang Bolong! Imbas dari Demonstrasi yang Terjadi, Epidemiolog Prediksi Kasus Covid-19 Melonjak Mencapai 10.000 Per Hari

Jumat, 09 Oktober 2020 | 14:30
Aji YK Putra

Massa aksi demo penolakan pengesahan omnibus law UU Cipta Kerja dan pihak kepolisian terlibat bentrok saat melakukan orasi di halaman gedung DPRD Provinsi Sumatera Selatan, Kamis (8/9/2020).

GridStar.ID - Demonstrasi terjadi di beberapa wilayah di tanah air menyusul disahkannya UU Cipta Kerja pada Senin (05/10) lalu.

Berkumpulnya massa di jalan membuat kemungkinan lonjakan kasus infeksi virus covid-19 terjadi.

Hal ini sangat mungkin terjadi karena massa yang berkerumun dan tak melakukan protokol kesehatan seperti yang selama ini diminta untuk diterapkan.

Baca Juga: Mulai Syuting Kembali Setelah Pulih dari Covid-19, Nunung Ungkap Kunci Utama Kesembuhannya Selama Ini: Yang Penting...

"Apa pun itu, baik demo, penggalangan massa, itu sangat berpotensi memicu terjadinya penyebaran yang masif dari Covid-19," kata Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, kepada Kompas.com, Jumat (09/10).

Terlebih, situasi pengendalian pandemi corona di Indonesia saat ini belum terkendali dengan baik.

"Karena kapasitas testing dan tracingnya yang rendah," ujar dia.

Baca Juga: 12 Hari Jalani Perawatan di Rumah Sakit, Nunung Bagikan Kabar Bahagia Setelah Dinyatakan Negatif Covid-19

Masih rendahnya testing dan tracing terhadap Covid-19, menurutnya berimplikasi terhadap keberhasilan pada intervensi seperti isolasi, karantina, dan lainnya.

Terlihat dalam 2-3 minggu

Dicky menjelaskan, saat demo berlangsung, seluruh mekanisme penularan virus terjadi, seperti terjadi kerumunan, tidak ada jarak sosial, droplet, hingga fomite.

"Orang berdekatan, orang berteriak, kemudian juga saling menyentuh, ini banyak terjadi. Akhirnya disadari atau tidak (terjadi) penyebaran dari Covid-19," tutur Dicky.

Baca Juga: Rapat Pengesahan RUU Cipta Kerja Dipercepat, 18 Anggota DPR RI Positif Covid-19 Klaster Gedung Parlemen, Begini Penjelasan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat

Menurut dia, dampak lonjakan penyebaran virus corona dari aksi demontrasi tidak akan terlihat secara langsung dalam waktu dekat.

"Akan terlihat dampaknya ya nanti, 2-3 minggu ke depan. Bukan dalam beberapa hari ini," kata Dicky.

Hal ini pun akan memperburuk situasi pengendalian pandemi virus corona di Indonesia.

Baca Juga: Kasus Infeksi Termuda Pertama di Nunukan, Bayi yang Baru Berusia 4 Bulan Ini Positif Covid-19 Usai Dibawa sang Orangtua ke Luar Kota

Secara terpisah, tenaga kesehatan juga mengkhawatirkan terjadinya lonjakan kasus infeksi masif yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang.

"Dalam kondisi saat ini saja, para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sudah kelimpungan menangani jumlah pasien Covid-19 yang terus bertambah," ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia), M. Adib Khumaidi, dalam keterangannya.

Gas air mata

Dicky menambahkan, gas air mata dan semprotan merica aparat akan membuat pendemo "menangis".

Baca Juga: Buat Perekonomian Global Gonjang-ganjing, Usai Donald Trump Positif Covid-19 Saham Turun hingga Harga Emas Naik

Hal ini menyebabkan hidung dan mulut akan mengeluarkan lendir dan memperburuk penyebaran virus. Mengingat, virus corona dapat menyebar melalui droplet atau tetesan dari mulut atau hidung.

"Gas air mata dapat terkumpul pada masker, sehingga tidak tahan untuk dipakai," tuturnya.

Perhatian pembuat kebijakan Dicky menyampaikan, kejadian ini harus dijadikan pelajaran bagi pembuat kebijakan regulasi.

Baca Juga: Donald Trump dapat Hujan Kritikan Warganet, Reporter Gedung Putih Ungkap Dokumen yang Ditandatangi sang Presiden Saat Foto Kerja di Rumah Sakit

Yakni sangat harus mempertimbangkan dan melakukan manajemen risiko dengan matang.

Manajemen risiko termasuk saat mengeluarkan produk kebijakan yang berpotensi menimbulkan reaksi massa yang berisiko memperburuk pandemi virus corona.

"Karena situasi pandemi yang seperti ini jangan sampai keluar kebijakan yang menimbulkan pro kontra yang masif di masyarakat, yang akhirnya timbulan aksi-aksi demo seperti ini," tutur dia.

Baca Juga: Obat Covid-19 yang Diberikan pada Donald Trump Bakal Didistribusikan di Indonesia, Kenali Obatnya Bernama Remdesivir!

Ia menilai, penyebaran virus di situasi saat ini menjadi sangat sulit untuk bisa dikendalikan.

Kendati begitu, Dicky menegaskan aksi demo tidak dapat menjadi satu-satunya yang disalahkan.

"Dampak ini akan bersinergi dengan yang lain ya, tidak bisa hanya ditumpukkan atau disalahkan pada aksi demo saja," ujarnya.

Baca Juga: Bukan Trump kalau Tak Tuai Sorotan, Sudah Tahu Dirinya Terinfeksi Covid-19 Tapi Nekat Keluar untuk Sapa Penggemarnya yang Bikin Dokter Gedung Putih Ketar-ketir

"Karena ini akan berkontribusi dengan kontributor lainnya seperti rangkaian pilkada, pelonggaran-pelonggaran yang terjadi, ketidakpatuhan (terhadap protokol kesehatan), kelemahan testing dan tracing. Jadi enggak bisa hanya menyalahkan aksi demo saja," lanjut dia.

Dicky menegaskan, mobilitas massa yang besar sangat dapat diprediksi mempercepat penyebaran virus.

Dari sisi pemerintah, harus mengantisipasinya dengan menambah testing secara progresif.

"Bila tidak, akan sangat bahaya," ujar Dicky.

Baca Juga: Bak Secercah Harapan Pandemi Cepat Berakhir, Vaksinasi Covid-19 Bakal Segera Dilaksanakan Januari atau Februari 2021 Setelah Persetujuan BPOM, Berikut Ini 6 Kelompok Penerima Vaksin!

10.000 kasus harian

Lebih lanjut, sangat diperlukan antisipasi dari sektor fasilitas kesehatan, mengingat potensi terjadinya lonjakan kasus dalam beberapa minggu mendatang.

"Betul. Sangat penting (fasilitas kesehatan berantisipasi). Dan terutama aspek testing dan tracingnya," ujar Dicky.

Dicky mengungkapkan, potensi percepatan penyebaran saat ini dapat mencapai 2-3 kali lipat atau kasus harian dapat mencapai 10.000 kasus.

Baca Juga: 7 Bulan Pandemi Virus Corona Terjadi di Tanah Air, 62 Daerah Ini Masih Berstatus Zona Merah Covid-19 di Indonesia, di Mana Saja?

"Karena adanya sinergi faktor pemburuk seperti rangkaian Pilkada, pelonggaran, dan demo. Artinya kasus harian 10.000 sudah tidak akan aneh," lanjutnya.

Ia menambahkan, saat ini pun seharusnya kasus harian telah mencapai 10.000 kasus, namun tidak terlihat lantaran testing dan tracing yang rendah.

"Sekarang pun harusnya sudah 10.000, tapi karena testing dan tracing rendah jadi enggak keliatan. 2-3 minggu lagi melonjak," ujar Dicky. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulEpidemiolog Prediksi Kasus Covid-19 Melonjak dalam 2 Minggu ke Depan, Bisa Capai 10.000 Per Hari

Editor : Hinggar

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya