GridStar.ID - Tidak semudah membalikkan telapak tangan, wabah covid-19 masih akan punya dampak besar.
Wabah yang sudah terjadi selama hampir setahun di seluruh dunia ini membuat tatanan ekonomi negara-negara jatuh ke jurang resesi.
Tak hanya itu, jumlah kematian akibat wabah juga terbukti mengkhatirkan.
Kini, penemuan vaksin covid-19 pun terus digenjot.
Sekelompok ilmuwan terkemuka memperingatkan keberadaan vaksin virus corona tidak akan mengembalikan kehidupan normal dalam waktu enam bulan, bahkan vaksin yang efektif sekali pun.
Vaksin sering dianggap sebagai sesuatu yang akan mengakhiri pandemi virus corona.
Tapi, dilansir BBC pada Jumat (2/10/2020), sebuah laporan dari para peneliti yang dihimpun Royal Society menjelaskan tetap diperlukan sikap realistis mengenai apa yang dapat dicapai oleh vaksin dan terkait dengan waktunya.
Para ilmuwan menilai, perlu untuk mengurangi pembatasan secara bertahap, mengingat peluncuran vaksin membutuhkan waktu hingga satu tahun.
Lebih dari 200 vaksin virus corona kini tengah dikembangkan oleh para peneliti di seluruh dunia.
Proses pengembangan vaksin berlangsung dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Sebuah vaksin menawarkan harapan besar untuk berpotensi mengakhiri pandemi, tapi kami tahu bahwa sejarah pengembangan vaksin dipenuhi dengan banyak kegagalan," ujar Dr Fiona Culley dari Institut Jantung dan Paru Nasional di Imperial College London.
Masih ada optimisme, termasuk dari penasihat ilmiah pemerintah Inggris, bahwa beberapa orang kemungkinan mendapatkan vaksin Covid-19 tahun ini dan vaksinasi massal akan dimulai awal tahun depan.
Tapi, Royal Society memperingatkan ini akan menjadi proses yang panjang.
"Bahkan ketika vaksin tersedia, itu tidak berarti dalam sebulan semua orang akan divaksinasi. Kita bicara tentang enam bulan, sembilan bulan, hingga satu tahun," kata Kepala Teknik Kimia Imperial College London, Profesor Nilay Shah.
"Tidak ada pertanyaan tentang hidup yang tiba-tiba kembali normal pada Maret," lanjut dia.
Laporan Royal Society menerangkan masih ada tantangan besar yang akan dihadapi dunia.
Apalagi beberapa pendekatan eksperimental yang diambil, seperti vaksin RNA, belum pernah diproduksi secara massal sebelumnya.
Muncul pertanyaan lain seputar bahan mentah, baik untuk vaksin maupun botol kaca, hingga kapasistas lemari es.
Terlebih, beberapa kandidat vaksin memerlukan penyimpanan pada suhu minus 80 derajat celcius.
Shah memperkirakan vaksinasi orang harus dilakukan 10 kali lebih cepat dibandingkan kampanye flu tahunan dan akan menjadi pekerjaan penuh waktu yang membutuhkan 30.000 staf terlatih.
Data uji coba awal menunjukkan, vaksin memicu respons kekebalan meski penelitian belum menunjukkan cukup tidaknya untuk menawarkan perlindungan lengkap atau mengurangi gejala Covid-19.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Diborong Negara Kaya, Nasib Indonesia di Ujung Tanduk?
Sementara itu, Ketua Imunologi Imperial College London, Profesor Charles Bangham, menuturkan pihaknya belum tahu kapan vaksin yang efektif akan tersedia hingga waktu pendistribusiannya.
"Sekalipun efektif, kecil kemungkinan kita bisa kembali normal sepenuhnya. Jadi akan ada skala geser bahkan setelah pengenalan vaksin yang diketahui efektif," ujarnya.
Masih terdapat beberapa pertanyaan yang belum terjawab seperti butuh berapa tembakan vaksin, hingga kerja vaksin pada orang tua.
Para peneliti memperingatkan, juga masih belum diketahui jawaban terkait kekebalan jangka panjang yang masih akan membutuhkan waktu, jumlah suntikan yang diberikan, hingga orang memerlukan vaksin setiap berapa tahun.
"Jelas vaksin pada akhirnya akan menjadi penyelamat, tapi mungkin bukan proses yang segera," ujar Dr Andrew Preston dari University of Bath. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahli Ingatkan Vaksin Corona Tak Akan Membuat Kehidupan Kembali Normal dalam 6 Bulan"