GridStar.ID -Seorang warga China di Xinjiang alami perlakuan yang tidak menyenangkan saat pandemi Covid-19.MengutipDaily Mail, warga dipaksa minum obat tradisional China.Kabarnya, pemerintah menggunakan tindakan keras terhadap warganya.
Baca Juga:Dwayne Johnson 'The Rock' Ungkap Dirinya dan Keluarga Positif Terinfeksi Covid-19 pada Bulan Lalu: Itu Seperti Sebuah Pukulan TelakOtoritas mengunci penduduk di dalam rumah dan menerapkan karantina yang lebih lama bagi warga yang tak patuh.Bahkan beberapa warga mengaku dipaksa mengonsumsi obat tradisional China.Padahal pemaksaan seperti itu dinilai ahli sebagai pelanggaran etika medis.Baca Juga:Bak Petir di Siang Bolong, Menyusul Malaysia, Strain Virus Corona yang Lebih Menular Terdeteksi di Indonesia, Apa Penyebabnya?
Seorang wanita Uighur mengatakan dia dijebloskan ke dalam sel bersama puluhan perempuan ketika puncak-puncaknya wabah.Dia mengklaim penjaga memaksanya minum obat yang berefek mual dan lemas.Dia juga mengaku diminta telanjang sekali dalam seminggu dan menutupi wajah saat disemprot disinfektan.
Baca Juga:Pandemi Covid-19 Melanda Tanah Air Selama 6 Bulan Terakhir, Ini Daftar 32 Daerah yang Masih Berada di Zona Merah"Itu mendidih," ujar wanita ini dengan syarat anonim karena takut dengan otoritas."Tangan saya rusak, kulit saya mengelupas," tambahnya.Wanita Uighur ini dibebaskan dan dikunci di dalam rumahnya setelah sebulan ditahan, meskipun tes rutin menunjukkan dia bebas dari Covid-19.Baca Juga:Disebut 10 Kali Lebih Menular di Banding Jenis Lain di Dunia, Ini 6 Fakta Mutasi Virus Corona D614G, Sudah Ada di Indonesia Sejak Maret!
Dia mengklaim bahwa para penjaga memaksanya untuk minum obat tradisional dalam botol putih tanpa tanda sekali sehari.Mereka mengancam akan menahannya bila tidak patuh.Otoritas lokal mengatakan langkah-langkah tersebut dilakukan demi kesejahteraan penduduk.
Baca Juga:Bak Petir di Siang Bolong, Virus Corona Bermutasi 10 Kali Lebih Ganas di Negara Tetangga, Ahli Sebut Vaksin Covid-19 Tak Bakal Efektif Melawannya!Lockdown di Xinjiang diperbaharui setelah total kasus Covid-19 di sana mencapai 826, terhitung sejak Juli.Meskipun jumlah kasus di Xinjiang menjadi beban kasus terbesar di China, langkah ketat dan keras sudah berlaku sejak nol infeksi di sana.China tepatnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei merupakan pusat penyebaran Covid-19 pertama kali.Baca Juga:Patut Diacungi Jempol, Jubir Satgas Covid-19 Sebut Penanganan Virus Corona di Indonesia Lebih Baik dari Rata-Rata Dunia!
Akibatnya kota itu dikunci hingga berbulan-bulan lamanya.Meskipun Wuhan bergulat dengan lebih dari 50.000 kasus, jauh lebih banyak dari Xinjiang, penduduk tidak dipaksa sebagaimana dilakukan di Xinjiang.Walaupun lockdown di Wuhan terbilang ketat, tapi warga diizinkan keluar dan tidak dipaksa minum obat tradisional.
Baca Juga:Bak Angin Segar Pertanda Berakhirnya Pandemi Corona, 50 Juta Bulk Vaksin Covid-19 Sinovac Siap Diterima Bio Farma Mulai November!Bahkan reaksi pemerintah pada 300 kasus di Beijing pada Juni lalu lebih santai lagi.Otoritas hanya menutup beberapa lokasi yang dinilai berbahaya dalam beberapa minggu.Sebaliknya, sekitar setengah dari 25 juta warga Xinjiang di pelosok menjalani lockdown padahal lokasinya jauh dari pusat wabah di Ibukota Urumqi, sebagaimana diberitakan media pemerintah.
Baca Juga:3 Pasien Covid-19 di Banyumas Meninggal Dunia Mendadak Padahal Kesehatannya Tak Menurun, Waspada Happy Hypoxia Gejala Corona Baru yang Bisa Menyebabkan Kehilangan KesadaranLockdown di Xinjiang diawasi aparat yang nampaknya telah mengubah wilayah tersebut menjadi negara polisi.Selama tiga tahun terakhir, otoritas menyapu satu juta atau lebih orang Uighur, Kazakh, dan etnis minoritas lainnya ke dalam berbagai bentuk penahanan.Mereka dimasukkan ke dalam kamp dan dilatih dengan kekerasan.(*)Artikel ini telah tayang di Sosok.id yang berjudulTerbongkar! Cara Sadis China Lakukan Lockdown Bagi Orang-orang Uighur, Ditelanjangi dan Diguyur Disinfektan Mendidih: Kulit Mengelupas...