Nadiem Makarim Putuskan Sekolah di Zona Hijau dan Kuning Boleh Mulai KBM Bertatap Muka, Apa Risikonya pada Anak-Anak?

Sabtu, 08 Agustus 2020 | 12:03
Tribun Pontianak

Nadiem Makarim Putuskan Sekolah di Zona Hijau dan Kuning Boleh Mulai KBM Bertatap Muka, Apa Risikonya pada Anak-Anak?

GridStar.ID - Pendemi covid-19 di Indonesia membuat sejumlah sektor terhambat termasuk pendidikan.

Sejak pandemi, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan secara online di rumah masing-masing.

Namun, baru-baru ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa zona kuning dan hijau sudah boleh melakukan KBM tatap muka, pada Jumat, (07/08).

Baca Juga: Nadiem Makarim Bagikan Kabar Gembira di Tengah Pandemi Covid-19, Anak Sekolah, Orang Tua dan Guru Kini Bisa Dapat Pulsa dari Sekolah

Keputusan ini berdasarkan revisi surat keputusan bersama (SKB) empat menteri, yaitu Mendikbud, Menteri Kesehatan (Menkes), Menteri Agama (Menag), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) terkait proses pembelajaran tatap muka di sekolah pada tahun ajaran 2020/2021.

Ada kekhawatiran dengan dibukanya pembelajaran tatap muka di sekolah. Apalagi, potensi anak-anak terpapar virus corona masih tinggi.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menilai, pembukaan sekolah sangat berisiko dan berbahaya.

Baca Juga: Kabar Gembira untuk Siswa dan Wali Murid, Menteri Nadiem Makarim Perbolehkan Anak Sekolah dan Guru Minta Jatah Pulsa ke Sekolah!

Apalagi, belum ada penelitian menyeluruh mengenai dampak jangka pendek dan panjang infeksi virus corona pada anak.

"Sementara, riset terkini memperlihatkan bahwa anak dengan tanpa adanya gejala pun ternyata memiliki kerusakan di organ parunya," kata Dicky, Jumat, (07/08).

Dicky menjelaskan, fakta dan sejarah pandemi sebelumnya telah membuktikan hal tersebut. Hal ini seharusnya dijadikan pelajaran untuk mengutamakan kehati-hatian.

Baca Juga: Tepat di Hari Anak Nasional, Mendikbud Nadiem Makarim Sambut Bobo Creative Week 2020: Bangga Adik-Adik Jalani Situasi Ini dengan Baik

Ia mengatakan, para peneliti juga melihat bahwa banyak kasus kesehatan yang timbul dalam jangka panjang setelah pandemi berakhir.

"Lethargy encephalitis adalah salah satunya yang kita deteksi dapat terjadi pasca infeksi Covid-19," ujar dia.

Dicky menyarankan, sebaiknya dalam situasi seperti saat ini, dilaksanakan pembelajaran sistem daring dengan berbagai inovasi.

Baca Juga: Tak Tega Dengar Isak Tangis Wali Murid, Hotman Paris Sindir Kebijakan Nadiem Makarim yang Dikenal Sejak Kecil, sang Pengacara: Anda dari Keluarga yang Sangat Pintar!

"Itu sebabnya dalam pengendalian pandemi memang perlu banyak pakar terlibat. Bukan cuma kesehatan saja. Pakar pendidikan perlu diminta pendapatnya," kata Dicky. Pembelajaran daring sebaiknya tetap dijalankan hingga akhir tahun ini.

Dicky mengingatkan, rilis terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa proporsi orang berusia muda yang menderita Covid-19 meningkat 3 kali lipat dalam 5 bulan terakhir.

Sementara itu, di Inggris, klaster kasus di sekolah meningkat dalam dua minggu terakhir. Adapun kenaikannya dari 4,5 persen menjadi 15 persen.

Baca Juga: Mendikbud Beberkan Prosedur Sekolah Tatap Muka Saat Tahun Ajaran Baru Dimulai, Level Persetujuan Sangat Banyak: Orangtua Murid Harus Setuju

"Studi yang dimuat di JAMA menyebutkan bahwa penutupan sekolah sangat berkorelasi dengan penurunan kasus kesakitan dan kematian akibat Covid-19," jelas Dicky.

WHO tegas memperingatkan bahwa anak muda dapat terinfeksi hingga berisiko meninggal dunia, dan bisa mentransmisikan virus kepada orang lain. Dicky menuturkan, penting sekali ditekankan potensi bahaya sekolah dibuka kembali, di tengah proporsi kasus pada anak secara global meningkat 3 kali lipat.

"Kasus pada anak di Indonesia lebih tinggi dari rata-rata global, juga kematian pada anak," kata dia.

Baca Juga: Bolehkan Sekolah Dibuka, Tapi Hanya Diisi Setengah dari Kapasitas Kelas, Menteri Nadiem: Kesehatan dan Keselamatan Nomor Satu

"Dan yang bikin saya sangat khawatir adalah data kasus infeksi Covid-19 anak yang memprihatinkan di atas masih belum menggambarkan masalah yang sesungguhnya karena cakupan tes kita yang sangat rendah apalagi pada anak," kata dia.

Dicky menyebutkan, sekolah yang sukses dan aman dibuka selama pandemi adalah sekolah di lokasi atau wilayah yang telah mencapai low community transmission rates atau tingkat penularan di komunitas rendah.

Parameternya, kurang dari 1 kasus baru per 100.000 orang per hari. "Ini belum terpenuhi di Indonesia," ujar dia.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Kariernya Tak Kalah Sukses Dibanding sang Suami yang Dilantik Jadi Menteri, Ternyata Sosok Istri Nadiem Makarim Bukan Orang Sembarangan, Inilah Segudang Prestasinya!

Selain itu, menurut dia, yang harus dilakukan saat ini adalah tetap fokus dalam menjaga population-level infection control atau pengendalian infeksi tingkat populasi.

"Mayoritas wilayah kita, meski zona hijau sekali pun, are not testing enough to reopen schools safely (tidak cukup menguji untuk membuka kembali sekolah dengan aman)," lanjut Dicky.

Ia memaparkan, keamanan sekolah sangat bergantung pada tingkat penularan di masyarakat. Artinya, ketika penularan masih tinggi di masyarakat, maka semakin besar risiko untuk siswa.

Baca Juga: Umbar Rasa Kangen Lewat Pamerkan Foto Mesranya, Zack Lee Makin Terang-terangan Buka Kedekatannya dengan Kakak Kandung Menteri Pendidikan Nadiem Makarim

"Ini peringatan dan perlu dicegah terjadi di Indonesia dengan tetap menutup sekolah hingga penularan di masyarakat terkendali," papar Dicky. Risiko Covid-19 pada anak, menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal The Lancet, harus menjadi perhatian.

Studi dilakukan terhadap 582 anak terinfeksi Covid-19 di 21 negara Eropa yang teridentifikasi di rumah sakit. Data penelitian menunjukkan sebagai berikut:62 persen harus dirawat, dengan 8 persen di ICU 4 persen memerlukan mechanical ventilation dengan rata-rata 7 hari, dan dalam kisaran 1-34 hari 25 persen memiliki pre-existing conditions atau kormobid, serta 0,7 persen meninggal dunia. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning, Sudah Siap dengan Risiko dan Bahayanya?

Tag

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber kompas