Bak Petir di Siang Bolong, Selama Ini Terus Disangkal WHO, 239 Ilmuwan Ini Beberkan Bukti Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Udara

Kamis, 09 Juli 2020 | 18:03
Kompas

Bak Petir di Siang Bolong, Selama Ini Terus Disangkal WHO, 239 Ilmuwan Ini Beberkan Bukti Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Udara

GridStar.ID-Sudah lebih dari setengah tahun virus corona mewabah di dunia.

Banyak cara yang telah diupayakan oleh Pemerintah setiap negara juga para ahli demi memusnahkan virus ini dari muka bumi.

Akan tetapi, hasilnya justru belum semaksimal yang diharapkan.

Baca Juga: Kabar Gembira Disampaikan Langsung oleh Juru Bicara Covid-19, Vaksin Virus Corona Buatan Lokal Siap Diproduksi Massal pada 2021, Berikut Penjelasannya!

Kini, fakta baru mengenai virus corona seakan kembali mengguncang dunia.

Ratusan ilmuwan dari berbagai negara menemukan bukti virus corona menyebar di udara dan mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merevisi rekomendasinya.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (06/07) sebelumnya, WHO telah sejak lama beranggapan bahwa virus SARS-CoV-2, hanya menyebar lewat droplet atau percikan pernapasan yang keluar saat seseorang batuk atau bersin.

Baca Juga: Berbulan-bulan Berpendapat Bahwa Covid-19 Ditularkan Melalui Droplet, WHO Akhirnya Akui Temuan 239 Ilmuwan dari 32 Negara yang Ungkap Virus Corona Bisa Menular Melalui Udara

Namun, bukti adanya partikel virus yang lebih kecil yang ada di udara dapat menginfeksi manusia telah diungkapkan para ilmuwan dalam surat terbukanya kepada WHO.

Sebanyak 239 ilmuwan yang menulis surat terbuka kepada WHO, CDC Amerika Serikat dan lembaga kesehatan lainnya, mendesak perubahan pada panduan publik tentang penyebaran virus SARS-CoV-2.

Sebelumnya, pedoman WHO yang fokus pada beberapa protokol kesehatan, yakni mencuci tangan, menjaga jarak sosial (physical distancing) dan tindakan pencegahan terhadap droplet dengan penggunaan masker.

Baca Juga: Presiden Brasil Kini Kena Getahnya dan Positif Covid-19 Setelah Anggap Virus Corona Remeh Meski Ribuan Orang Terinfeksi, Ini Deretan Penyataan Kontroversial sang Pemimpin

Para ilmuwan mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merevisi rekomendasinya.

Jika virus corona dapat menular lewat udara, ini adalah faktor penting dalam penyebaran pandemi. Hal ini terutama terjadi di ruangan dengan ventilasi buruk, konsekuensi penularan besar.

WHO telah lama berpendapat bahwa SARS-CoV-2 hanya disebarkan lewat droplet atau percikan pernapasan yang keluar saat seseorang batuk atau bersin.

Baca Juga: Viral Video Ratusan Warga Paksa Buka Peti Jenazah Pasien Covid-19 di Sulawesi Selatan, Petugas Tak Bisa Berdaya, Kerabat Ngotot: Gara-Gara Tertusuk Kelor Dinyatakan Corona, Kami Menolak!

Namun dalam surat terbuka untuk WHO, ratusan ilmuwan ini memaparkan sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa partikel yang lebih kecil dan ada di udara dapat menginfeksi manusia.

Para peneliti berencana menerbitkan surat terbuka mereka dalam jurnal ilmiah minggu depan.

Bahkan dalam pembaruan terbaru virus corona SARS-CoV-2 yang dirilis 29 Juni, WHO mengatakan bahwa penularan virus melalui udara hanya mungkin terjadi dalam prosedur medis yang menghasilkan aerosol atau tetesan yang lebih kecil dari 5 mikron. Satu mikron sama dengan sepersejuta meter.

Baca Juga: 5 Fakta Kalung Antivirus Corona yang Dibuat Kementerian Pertanian, Dapat Izin Edar hingga Segera Diproduksi Masal, Yakin Ampuh?

Sementara pedoman pengendalian infeksi dari WHO, sejak sebelum dan selama pandemi ini, mencuci tangan dengan sabun merupakan strategi pendegahan utama Covid-19.

Benedetta Allegranzi, pimpinan teknis WHO untuk pengendalian infeksi mengatakan bahwa bukti virus menyebar melalui udara tidak meyakinkan.

the new york times via KOMPAS.com
the new york times via KOMPAS.com

Ilustrasi Virus corona

"Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah menyatakan beberapa kali bahwa kami menganggap transmisi melalui udara itu mungkin. Tapi, hal ini tidak didukung oleh bukti kuat dan jelas. Ada perdebatan kuat tentang hal ini," kata Allegranzi seperti diwartakan New York Times, Sabtu (04/06).

Baca Juga: Pemerintah Arab Saudi Tetap Gelar Ibadah Haji 2020 di Tengah Pandemi Virus Corona, Hal Ini yang Dilarang Dilakukan Jemaah Saat Berada di Tanah Suci

Dari apa yang dilakukan WHO selama ini, banyak ahli menilai komite pencegahan dan pengendalian infeksi dari WHO sangat kaku, lambat, dan tidak mau mengambil risiko dalam memperbarui panduan terkait Covid-19.

"Saya benar-benar frustasi tentang masalah (virus corona) ada di aliran udara dan ukuran partikel (yang kecil)," kata Mary-Louise McLaws, anggota komite dan ahli epidemiologi Universitas New South Wales di Sydney.

"Jika kita meninjau kembali aliran udara, kita harus siap untuk mengubah banyak hal," imbuhnya.

Baca Juga: Crazy Rich India! Pria Ini Pakai Masker dari Bahan Emas Murni hingga Dapat Kritik Tajam Warganet, Memang Bisa Tangkal Virus Corona?

Pada awal April, sekitar 36 pakar kualitas udara dan aerosol mendesak WHO untuk mempertimbangkan bukti yang berkembang tentang penularan virus corona melalui udara.

Agensi dengan cepat merespons permintaan ini. Mereka memanggil Lidia Morawska, pemimpin kelompok dan konsultan WHO untuk mengatur pertemuan diskusi.

Namun diskusi tersebut tidak mengubah saran komite terkait penularan virus corona melalui udara.

Baca Juga: Kontroversi Kalung Eucalyptus Disebut Kementan Sebagai Antivirus Corona, Ikatan Dokter Indonesia Angkat Bicara: Seharusnya Ada Penelitian

Dr Morawska dan lainnya menunjukkan beberapa insiden yang mengindikasikan penularan virus melalui udara, terutama di ruang tertutup dengan ventilasi buruk.

Mereka mengatakan, WHO membuat perbedaan antara aerosol kecil dan percikan yang lebih besar.

Padahal yang ditemukan ahli, seseorang dapat terinfeksi corona karena keduanya.

Baca Juga: Asal Mula Virus Corona Masih Menjadi Misteri, China Akhirnya Ngaku Virus Corona Bukan dari Wuhan Tapi dari Benua Ini, WHO Turun Lakukan Investigasi

"Sejak 1946, kami tahu bahwa batuk dan berbicara menghasilkan aerosol," kata Linsey Marr, ahli penularan virus melalui udara dari Virginia Tech.

Para ilmuwan belum dapat menumbuhkan virus corona baru dari aerosol di laboratorium. Namun itu tidak berarti aerosol tidak infektif.

"Sebagian besar sampel dalam percobaan tersebut berasal dari kamar rumah sakit dnegan aliran udara yang baik yang akan melemahkan tingkat virus," kata Dr Marr.

Baca Juga: Digadang-gadang Sembuhkan Covid-19, WHO Hentikan Penggunaan 2 Obat Ini sebagai Penangkal Virus Corona, Ada Apa?

Namun sebagian besar gedung tidak dilengkapi ventilasi udara yang baik, sehingga pertukaran udara tidak terjadi.

"Ini yang menimbulkan virus menumpuk di udara dan menimbulkan risiko lebih besar," imbuhnya.

Menurut Dr. Marr, WHO hanya memiliki definisi tunggal dari transmisi udara. WHO meyakini, patogen di udara seperti virus campak, harus sangat menular dan virus bisa menempuh jarak jauh.

Baca Juga: Orang Dekat Donald Trump Dikabarkan Terinfeksi Covid-19 Tanpa Gejala, Putra Presiden AS Langsung Isolasi Diri dan Batalkan Semua Acara

Bill Hanage, seorang ahli epidemiologi di Harvard T.H Chan School of Public Health menambahkan, banyak orang menganggap remeh penularan virus melalui udara.

Ratusan ahli sepakat bahwa virus corona SARS-CoV-2 adalah patogen pembawa penyakit paling menular ketika orang melakukan kontak berkepanjangan dalam jarak dekat, terutama di dalam ruangan, dan terlebih dalam peristiwa superspreader.

Prinsip kehati-hatian

Selama pandemi, WHO tampak berselisih dengan kelompok ilmuwan lain.

Baca Juga: Surabaya Disebut Bakal Jadi Seperti Wuhan, Wali Kota Tri Rismaharini Justru Beri Tanggapan Tak Terduga: Saya Nggak Ngurus Itu

WHO lambat dalam mendukung pemakaian masker untuk publik.

Padahal, organisasi kesehatan lain termasuk Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS sejak lama mengakui bahayanya penularan oleh orang tanpa gejala (OTG).

Di saat yang sama, WHO masih berpendapat bahwa transmisi asimptomatik jarang terjadi.

Baca Juga: Mutasi Virus Corona yang Baru Dinilai Menyebar Lebih Cepat dari Sebelumnya dan Disebut Telah Terjadi di Eropa dan AS, Peneliti Ungkap Temuannya

Banyak ahli mengatakan WHO harus memisahkan prinsip kehati-hatian dan prioritas kebutuhan.

Gagasan bahwa bahkan tanpa bukti definitif, WHO harus memiliki asumsi terburuk dari virus, menerapkan akal sehat, dan merekomendasikan perlindungan terbaik untuk umat manusia.

"Tak ada bukti yang tidak dapat dibantah bahwa SARS-CoV-2 ditransmisikan secara signifikan oleh aerosol," kata Dr. Trish Greenhalgh, seorang dokter perawatan primer di Universitas Oxford di Inggris.

Baca Juga: WHO Temukan Kandidat Kuat Untuk Vaksin Virus Corona, Beberapa Negara Terus Kembangkan Penelitiannya, Bagaimana di Indonesia?

"Jadi saat ini kita harus membuat keputusan dalam menghadapi ketidakpastian, dan itu akan menjadi keputusan yang membawa malapetaka jika kita salah," katanya. (*)

Editor : Hinggar

Sumber : Kompas.com, Tribun-Medan.com

Baca Lainnya