GridStar.ID - Hingga saat ini seluruh dunia seakan sedang berperang melawan virus corona yang menyebar.
Diketahui hampir 1 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus ini dan ribuan orang lainnya meninggal dunia.
Banyak para peneliti mencari antivirus untuk menangkal penyebaran covid-19 dan menyembuhkan mereka yang terinfeksi.
Dikutip dari kompas.com, para ahli juga memperingatkan ini bukanlah pandemi terakhir yang dihadapi umat manusia.
Di masa mendatang, malapetaka lain bisa terjadi kembali selama manusia terus menghancurkan alam liar.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dr Enric Sala, ahli ekologi kelautan yang juga tergabung dalam Campaign for Nature National Geographic.
"Saya benar-benar yakin bahwa akan ada lebih banyak penyakit seperti ini di masa depan jika manusia terus menghancurkan alam, menggunduli hutan, menangkap binatang liar menjadi binatang peliharaan, makanan, atau obat-obatan," kata Sala seperti dikutip dari Independent, Jumat (20/03).
Menurut sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Nature, trenggiling disebut sebagai hewan yang mungkin membawa virus corona sebelum akhirnya menular ke manusia.
Namun di balik itu, sebenarnya ada masalah yang lebih luas pula.
Kerusakan ekosistem yang dilakukan manusia, membawa kita lebih dekat dengan satwa liar daripada sebelumnya.
Padahal, ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati itu mengandung virus unik.
"Ketika kita menghancurkan hutan tropis, menggantikannya dengan desa, pertambangan, membunuh atau menangkap hewan liar untuk dimakan, kita membuka diri terhadap virus-virus itu," ungkap David Quammen, penulis buku Spillover: Animal Infections and the Next Human Pandemic.
Sementara itu kita belum banyak tahu, hewan mana saja yang berpotensi menjadi reservoir patogen.
Padahal, begitu patogen membuat lompatan dari hewan ke manusia, kapasitas untuk menyebar secara global akan sangat cepat.
Sebelumnya, dunia telah berhadapan dengan penyakit zoonosis lainnya, seperti HIV, Ebola, SARS, MERS, dan Zika.
Beberapa di antaranya diduga muncul akibat konsumsi daging hewan liar.
"Di pasar Wuhan, misalnya. Ada sejumlah spesies eksotis yang hidup di dalam kandang, semuanya berdekatan satu sama lain, termasuk manusia, dengan cara yang tidak akan pernah Anda temukan di habitat alami," tambah Dr Samuel Myers, ilmuwan dari Departemen Kesehatan Lingkungan Harvard.
Untuk itu, perlu adanya kebijakan yang melindungi alam dan mengatur atau melarang perdagangan satwa liar.
Sebab dengan makin hilangnya keanakeragaman hayati dan bertambahnya populasi global, pertanyaan tentang pandemi berikutnya mungkin bukan lagi jika tetapi kapan.
"Kita tentu berharap supaya segera dapat mengendalikan Covid-19. Tapi setelah merayakannya, kita harus segera memikirkan yang berikutnya," tambah Quammen. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulAhli Peringatkan, Corona Bukan Pandemi Terakhir yang Dihadapi Dunia