"Kalau kemudian Atta ada rezeki tujuh, bahkan sepuluh, bahkan seratus pun boleh.
Mungkin Atta mengambil ukuran itu karena berkaitan dengan sejarah atau berkaitan dengan momentum, berapapun itu boleh," sebutnya.
Apalagi, Gus Miftah tahu jika daging tersebut dibagikan ke banyak orang.
"Sekarang (akikah 222 kilogram) berlebih-lebihan bagi orang yang tidak mampu.
Kalau kemudian dia mampu, kelasnya Atta itu kan seribu kambing aja mampu gitu kan.
Dan itu tidak dia makan sendiri kan tapi diberikan kepada yang berhak.
Lah, berlebih-lebihannya di mana?" ujar Gus Miftah.
"Justru saya pikir ini perlu dicontoh bagi siapa pun yang mampu.
Untuk syiar dengan menggunakan kemampuan hartanya.
Salah satunya dengan melalui jalan akikah.
Ini saya pikir bagus, jadi kalau ada istilah berlebih-lebihan, saya pikir enggak pas.
Masa sedekah berlebih-lebihan," sambungnya. (*)