"Ketika rambut masih di bawah kulit sebagai folikel, mereka tunduk pada pengaruh hormon stres dan hal-hal lain terjadi dalam pikiran dan tubuh kita," ujar Picard.
"Begitu rambut tumbuh dari kulit kepala, mereka mengeras dan secara permanen mengkristalkan paparan ini menjadi bentuk yang stabil," sambungnya.
Penelitian ini melibatkan rambut dari 14 sukarelawan, yang dianalisis oleh para peneliti.
Para relawan juga diminta untuk membuat buku harian stres, menilai tingkat stres setiap minggu.
Para peneliti memperhatikan bahwa beberapa uban kembali warnanya dengan pengurangan stres, yang mereka yakini ada hubungannya dengan koneksi pikiran-mitokondria.
"Ada satu orang yang pergi berlibur, dan lima helai rambut di kepala orang itu kembali gelap selama liburan, sinkron dalam waktu," ucap Picard.
Namun, tidak ada jaminan bahwa mengurangi stres akan mengembalikan warna rambut—terutama bagi mereka yang telah beruban dalam waktu yang lama.
"Berdasarkan pemodelan matematika kami, kami pikir rambut perlu mencapai ambang batas sebelum berubah menjadi abu-abu.
Di usia paruh baya, ketika rambut mendekati ambang itu karena usia biologis dan faktor lainnya, stres akan mendorongnya melewati ambang batas dan transisi ke abu-abu," jelas Picard.