Studi tidak mengungkapkan adanya risiko baru. Diberitakan Reuters, wanita berusia di atas 18 tahun akan menerima vaksin selama minggu ke 24-34 kehamilan.
Dalam uji coba itu, wanita hamil mendapatkan suntikan vaksin dengan selang waktu 21 hari, menggunakan rejimen yang sama dalam uji klinis lebih besar.
"Kami bangga memulai penelitian ini pada wanita hamil dan terus mengumpulkan bukti tentang keamanan dan kemanjuran untuk mendukung penggunaan vaksin oleh subpopulasi penting," ujar Wakil Presiden Senior Penelitian Klinis Vaksin di Pfizer Wiliam Gruber.
Peneliti akan memantau setiap efek samping negatif pada wanita, termasuk keguguran.
Seorang spesialis pengobatan ibu dan bayi dari Duke Health di Durham, North Carolina, Dr. Brenna Hughes mendukung studi Pfizer terkait vaksin pada wanita hamil.
"Setiap data membantu meyakinkan pasien hamil bahwa vakisn itu aman bagi mereka sangat dibutuhkan," ujar Hughes, yang juga anggota American College of Obstetricians and Gynecologists.
Ada beberapa data awal tentang keamanan vaksin selama kehamilan karena dalam studi sebelumnya tentang vaksin Covid-19, beberapa wanita menjadi hamil saat berpartisipasi dalam uji klinis. Hingga saat ini, belum ada tanda bahaya dari wanita hamil yang pernah divaksinasi.
Meski demikian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkapkan, wanita hamil yang terinfeksi SARS-CoV-2 memiliki peningkatan risiko komplikasi, termasuk kelahiran prematur dan kebutuhan untuk memakai ventilator.
"Kami berada dalam pandemi. Kami tidak benar-benar dalam situasi di mana kami dapat mengambil risiko. Dalam pandangan saya, tidak menawarkan vaksin kepada setiap individu potensial yang dapat mengambil manfaat," kata Hughes.