"Sah-saja partai politik melakukan hal seperti itu. Akan tetapi, akan menjadi kontroversial karena di dalam partai politik tentu ada mekanisme internal pencalonan presiden," kata dia.
Namun, ia menyayangkan jika maksud dan tujuan dari munculnya Giring adalah sebatas untuk mendongkrak popularitas partai.
"Saya pikir, sayang saja, ada potensi yang bisa dimaksimalkan kalau dilakukan secara serius," ujar Aditya.
Terkait mekanisme internal partai dalam pencalonan presiden, Aditya mengatakan, umumnya, setiap partai memiliki proses sendiri.
Mekanisme tersebut harus melibatkan partisipasi seluruh pengurus dan organ-organ kepartaian di sana.
"Nah, apakah dengan cara seperti itu, sudah melalui proses dan mekanisme resmi partai atau belum. Sehingga saya menduga, bisa jadi itu ada keinginan personal Giring yang belum tersampaikan atau seperti apa di dalam partai," kata dia.
Menurut Aditya, biasanya, isu-isu pencalonan presiden di dalam partai adalah hal yang sensitif dan dapat memecah belah. Pernyataan keinginan majunya seseorang sebagai calon presiden selalu memunculkan berbagai respons dari internal partai.
Namun, akan berbeda jika sudah ada kesepakatan calon tunggal dari partai tersebut. Akan tetapi, jika belum jelas, Aditya menilai, ada kemungkinan menjadi potensi konflik di dalam partai.
Oleh karena itu, ia menduga, rencana pencalonan Giring ini masih bersifat personal. Menurut Aditya, proses internal terkait mekanisme pencalonan presiden ini harus diselesaikan terlebih dulu di partai.
"Pencalonan seperti itu kan tidak mudah. Artinya, aspirasi di level bawah kan juga harus disamakan persepsinya, apakah ada yang setuju atau tidak. Itu harus dikomunikasikan," kata dia. (*)