Selama pandemi, WHO tampak berselisih dengan kelompok ilmuwan lain.
WHO lambat dalam mendukung pemakaian masker untuk publik.
Padahal, organisasi kesehatan lain termasuk Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS sejak lama mengakui bahayanya penularan oleh orang tanpa gejala (OTG).
Di saat yang sama, WHO masih berpendapat bahwa transmisi asimptomatik jarang terjadi.
Banyak ahli mengatakan WHO harus memisahkan prinsip kehati-hatian dan prioritas kebutuhan.
Gagasan bahwa bahkan tanpa bukti definitif, WHO harus memiliki asumsi terburuk dari virus, menerapkan akal sehat, dan merekomendasikan perlindungan terbaik untuk umat manusia.
"Tak ada bukti yang tidak dapat dibantah bahwa SARS-CoV-2 ditransmisikan secara signifikan oleh aerosol," kata Dr. Trish Greenhalgh, seorang dokter perawatan primer di Universitas Oxford di Inggris.
"Jadi saat ini kita harus membuat keputusan dalam menghadapi ketidakpastian, dan itu akan menjadi keputusan yang membawa malapetaka jika kita salah," katanya. (*)