Selain itu, sutradara dari pentas ini juga menyampaikan hal ini dilakukan agar kesenian seperti ini akan tetap bertahan hingga kapan pun.
Teguh “Kenthus” Ampiranto selaku seniman wayang orang Bharata dan sutradara sebelum pementasan mengatakan “Kami tetap memegang pakem, hanya cara penyampaiannya yang harus diubah. Saya memikirkan kelanggengan wayang orang. Saya ingin kesenian ini bertahan sampai akhir zaman.”
“Wayang orang ZOOM live pertama di indonesia juga suatu kreativitas di masa pandemi. Dari rumah masing-masing, kami menggelar wayang orang ZOOM.” ungkap Kenthus.
Kisah dari wayang orang ini menceritakan tentang Prabu Korona Birawa yang sedang kasmaran dengan Dewi Woro Sembadra, istri Raden Arjuna. Hasrat cinta ini jelas tak kesampaian karena kasih sayang sejati adalah jalinan rasa jiwa yang tulus, bukan hasrat keinginan, paksaan apalagi niat penguasaan.
“Kontekstualitas kisah ini menjadi gambaran kondisi bangsa yang sedang diserang virus corona nan durjana. Virus ini penuh hasrat jahat dan penuh nafsu penguasaan,” ungkap Kenthus.
“Raden Arjuna menjadi representasi sosok pemimpin. Dia mencegah, mengatasi, menyelesaikan segala permasalahan dan ancaman yang mengganggu kehidupan masyarakatnya,” imbuhnya.
“Woro Sembodro menjadi gambaran Ibu Pertiwi yang menjadi objek niatan Korona yang ingin menguasai, menyakiti dan merebut dari pemilik sesungguhnya—rakyat Indonesia.”
Pagelaran ini pun mendapatkan Rekor MURI dengan anugerah pertama untuk Wayang Orang Bharata atas Rekor Wayang Orang Pertama yang Siaran langsung Melalui ZOOM.
Kemudian, anugerah kedua dan ketiga masing-masing untuk National Geographic Indonesia dan CSR PT. Pertamina (Persero) atas Rekor Pendukung Wayang Orang Pertama yang Siaran langsung Melalui ZOOM.