"Fase tiga dilihat konsistensinya, di sana (China) sama, di sini sama tidak (hasilnya), kalo udah lewat fase tiga, vaksin itu bisa dijual," tambahnya.
Lebih lanjut, vaksin buatan China ini memang sedang dilakukan uji fase tiga di beberapa daerah, salah satunya di Bandung untuk membuktikan bahwa vaksin tersebut bisa digunakan di berbagai wilayah, tak hanya di Tiongkok.
"Artinya di fase tiga bukan Bio Farma saja, di China juga ada, di Indonesia ada mungkin di negara lain ada. Nah negara lain, China dan Indonesia hasilnya harus sama, kalo nggak sama itu nggak bisa dipake," ujar Prof Kusnandi.
Sang pembawa acara pun bertanya, butuh waktu berapa lama hingga vaksin ini bisa dijual dan diproduksi massal.
Dijelaskan untuk menyelesaikan penelitiannya ini, Prof. Kusnandi mengaku membutuhkan waktu hingga 9 bulan.
"Penelitian saya itu paling tidak 9 bulan," ujar Prof. Kusnandi.
"Kita kan kejar-kejaran dengan waktu, bisa tidak apa yang membuat waktu 9 bulan itu dipercepat?" Tanya pembawa acara.
"Begini ya, saya nggak berani ambil risiko, oleh karena apa, setelah vaksin ini diberikan, diberikannya kan dua kali.
Pertama - tama orang harus dicek benar-benar sehat, setelah itu dikasih vaksin, satu bulan kemudian, dikasih vaksin. Nah setelah imunisasi, tiga hari setelah dikasih vaksin, dilihat efeknya. Setelah tujuh hari dilihat efeknya, nah kemudian setiap bulan kita lihat efeknya, kita harus hati-hati karena ini untuk manusia, setelah enam bulan, dilihat bagus, dicek lagi kadarnya dalam darah," ungkap Prof Kusnandi.