Jangan Asal Suntik! Kenali Ini Dia Jenis Vaksin Booster yang Digunakan, Berikut yang Efek Sampingnya Paling Ringan

Rabu, 12 Januari 2022 | 20:31
SHUTTERSTOCK/Carlos l Vives

Ilustrasi vaksin Covid-19 Janssen

GridStar.ID - Vaksin booster atau doss ketiga mulai dilaksanakan hari ini.

Disampaikan Presiden Joko Widodo, vaksin dosis ketiga diberikan gratis bagi seluruh masyarakat.

Vaksin ini diprioritaskan bagi lansia dan kelompok rentan.

Jenis vaksin yang digunakan untuk vaksin booster juga sudah ditentukan.

Namun, manavaksin booster dengan efek samping paling ringan?

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) terhadap lima jenis vaksin Covid-19 sebagai vaksin dosis ketiga atau vaksin booster pada Senin (10/01).

Kelima vaksin tersebut adalahCoronavacPT Bio Farma,Pfizer,AstraZeneca,Moderna, danZifivax.

Sama seperti penyuntikan vaksin primer atau dosis pertama dan dosis kedua, vaksin booster juga memiliki efek samping pada penerimanya.

Berikut ini efek samping dari kelima vaksin Covid-19 sebagai vaksin booster.

Baca Juga: Jangan Sampai Terlewat! Vaksin Dosis 3 Mulai Hari Ini, Berikut Cara Cek Jadwal Vaksinasi Booster

Langsung simak yuk!

1. Coronavac PT Bio Farma

Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, hasil uji klinik dari Coronavac PT Bio Farma menunjukkan bahwa pemberian vaksin ini sebagai booster menimbulkan reaksi lokal atau efek samping seperti nyeri pada lokasi suntikan.

"Umumnya tingkat keparahannya grade satu dan dua," kata Penny dalam konferensi pers secara virtual, Senin.

Vaksin Coronavac diberikan sebagai vaksin booster yang bersifat homologus atau sejenis dengan vaksin primer atau dosis pertama dan kedua.

Penggunaan vaksin ini diberikan sebanyak satu dosis untuk usia 18 tahun ke atas.

"Imunogesitas menunjukkan peningkatan titer antibodi netralisasi hingga 21 sampai 35 kali setelah 28 hari pemberian vaksin booster ini pada dewasa," ujarnya.

2. Pfizer

Penny mengatakan, hasil uji klinik dari vaksin Pfizer menunjukkan bahwa penyuntikan vaksin tersebut menimbulkan efek samping bersifat lokal seperti nyeri di tempat suntikan, nyeri otot, demam, dan nyeri sendi.

"Imunogesitas menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan sebesar 3,3 kali," ucapnya.

Baca Juga: Kabar Gembira Bagi Masyarakat Indonesia! Besok Vaksin Booster Dimulai, Vaksinasi Gratis Syaratnya Penerima BPJS PBI Ini

Adapun sebagai vaksin booster, vaksin Pfizer bersifat homologus atau pemberiannya untuk vaksin sejenis pada dosis pertama dan kedua.

"Diberikan sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer untuk usia 18 tahun ke atas," kata Penny.

3. AstraZeneca

Hasil uji klinik dari vaksin AstraZeneca menunjukkan, efek samping dari penyuntikan vaksin tersebut bersifat ringan (55 persen) dan sedang (37 persen).

Sama seperti Pfizer, vaksin AstraZeneca bersifat homologus atau pemberiannya untuk vaksin sejenis pada dosis pertama dan kedua.

"Imunogesitasnya menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi dari 1.792 menjadi 3700," kata Penny.

4. Moderna

Vaksin Moderna bisa diberikan sebagai vaksin booster yang sifatnya homologus atau sejenis dan heterologus atau jenis vaksin yang berbeda dari vaksin dosis satu dan dosis kedua.

Penny mengatakan, respons titer antibodi netralisasi dari vaksin Moderna sebesar 13 kalinya, setelah dosis booster dan pada usia dewasa 18 tahun ke atas.

Baca Juga: Kabar Gembira Bagi Rakyat Indonesia! Sudah Ketuk Palu, Jokowi Gratiskan Seluruh Vaksin Dosis Ketiga Bagi Semua Masyarakat

"Untuk heterologusnya moderna adalah untuk vaksin primernya adalah AstraZeneca, Pfizer, Johnson and Johnson dengan dosis setengah," ucap dia.

5. Zifivax

Vaksin Zifivax bisa diberikan sebagai vaksin booster yang bersifat heterologus untuk vaksin Sinovac dan Sinopharm.

Adapun respons titer antibodi netralisasi meningkat lebih dari 30 kali pada subyek usia dewasa.

(*)

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judulResmi Jadi Vaksin Booster, Berikut Efek Samping Pfizer, AstraZeneca, Coronavac, Moderna, dan Zifivax

Editor : Rahma

Sumber : kompas

Baca Lainnya