AS Memanas, Donald Trump Harus Legowo Akui Kemenangan Joe Biden, Nasibnya Pilu Saat Orang-Orang Terdekat Turut Berbalik Jadi Lawan

Jumat, 08 Januari 2021 | 18:00
AFP PHOTO

Kerusuhan di Capitol Hill, pendukung Trump mengamuk

GridStar.ID - Kondisi politik di Amerika Serikat memanas.

Donald Trump memiliki batas waktu 2 minggu tersisa sebelum pelantikan Presiden Amerika Serikat yang baru.

Bakal lengser, aksi gejolak politik yang panas membuat tragedi penyerbuan Gedung Capitol disorot mata dunia.

Baca Juga: Belum Menyerah, Trump Sudah Deklarasi Maju Pilpres 2024 Usai Dikalahkan Joe Biden

Aksi Trump itu awalnya ditanggapi dengan tenang oleh para petinggi AS, tetapi kesabaran mereka belakangan ini tampaknya sudah habis.

Lindsey Graham, senator senior AS dari South Carolina, mengatakan "Cukup, sudah cukup" di Kongres pada Kamis (7/1/2021) untuk menyelesaikan sertifikasi Joe Biden.

Di sekeliling mereka berserakan puing-puing bekas penyerbuan Capitol Hill, seperti pecahan kaca jendela dan peluru dari penembakan yang menewaskan seorang wanita.

Baca Juga: Kalah dari Joe Biden, Donald Trump Disebut Tak Mau Angkat Kaki dari Gedung Putih hingga Menantunya Kelimpungan Bujuk Sang Mertua Tabah Hadapi Kenyataan

Trump Terisolasi

Dukungan untuk Trump semakin menipis di Gedung Putih, bahkan Partai Republik berpaling darinya. Sementara itu, Partai Demokrat lebih tegas.

Mereka mendorong pejabat pemerintah mengaktifkan Amendemen ke-25 yang menyatakan presiden tak lagi mampu menjalankan tugasnya.

"Presiden seharusnya tidak menjabat lagi, satu hari pun," kata Senator Chuck Schumer kemarin, yang akan memimpin Senat ketika mayoritas baru dari Demokrat mulai menjabat.

Baca Juga: Dikabarkan Kembali Bertugas Usai Dinyatakan Positif Covid-19, Bahan Racikan Obat yang Diminum Donald Trump Diduga Terbuat dari Janin Aborsi

Ia meminta Wakil Presiden Mike Pence mengaktifkan Amendemen ke-25 dan segera mendepak Trump.

Schumer berkata, alternatif bagi Kongres adalah berkumpul lagi untuk memakzulkan presiden.

Deretan orang dalam presiden ke-45 AS itu juga mulai mundur satu per satu.

Baca Juga: Buat Perekonomian Global Gonjang-ganjing, Usai Donald Trump Positif Covid-19 Saham Turun hingga Harga Emas Naik

Terbaru, Mick Muvalney, kepala staf Trump, keluar pindah sebagai utusan untuk Irlandia Utara, lapor televisi CNBC.

Menurut Muvalney, satu per satu kepergian orang dekat Trump bisa diikuti eksodus lainnya sebelum pelantikan Biden pada 20 Januari.

"Bagi mereka yang memutuskan bertahan, dan saya sudah berbicara dengan sebagian dari mereka, memilih bertahan karena khawatir presiden bisa memasukkan orang yang lebih buruk," katanya dikutip dari AFP.

Baca Juga: Bukan Trump kalau Tak Tuai Sorotan, Sudah Tahu Dirinya Terinfeksi Covid-19 Tapi Nekat Keluar untuk Sapa Penggemarnya yang Bikin Dokter Gedung Putih Ketar-ketir

Sebelumnya pada Rabu (6/1/2021), Wakil Penasihat Keamanan Nasional Matt Pottinger sudah mengundurkan diri, diikuti Stephanie Grisham, juru bicara ibu negara Melania Trump.

Trump sendiri tidak bisa marah-marah di media sosial seperti biasanya karena diblokir oleh Facebook, Twitter, dan Instagram.

Baru kali ini ada presiden dengan kasus begitu.

Baca Juga: Pejabat Gedung Putih Amerika Serikat Ungkap Kondisi Donald Trump yang Sebenarnya Usai Dinyatakan Positif Covid-19: Dia Merasa Itu adalah Ujian yang Sebenarnya!

Bagaimana ke depannya?

Sampai 20 Januari Trump masih memegang semua kendali di AS, mulai dari kode rudal nuklir hingga tombol merah di meja Oval Office untuk memanggil kepala pelayan membawakan Diet Coke kesayangannya.

Dalam dua minggu ke depan, sebagaimana dianalisis AFP, kekacauan demi kekacauan masih berpeluang terjadi.

Seperti yang sudah digembar-gemborkan Trump sejak kalah pemilu AS pada November lalu, dia tidak benar-benar percaya harus angkat kaki dari Gedung Putih.

Baca Juga: Terawangannya Jadi Nyata, Peramal Buta Ini Sudah Tahu Tumbangnya Donald Trump karena Covid-19, Sebut Kekhawatirannya soal Tuli hingga Tumor Otak

Lalu, jika memang dia harus lengser, Trump kerap "mengancam" akan balas dendam pada pilpres Amerika Serikat 2024.

Potensi Trump 2.0 ini membuat capres lain dari Partai Republik jadi khawatir karena pebisnis yang pernah main film Home Alone itu pastinya akan jadi yang terdepan.

Padahal, senjata-senjata politik yang dilancarkannya akhir-akhir ini berbalik menyerangnya sendiri.

Baca Juga: Donald Trump dan sang Ibu Negara Dikabarkan Positif Covid-19, Inilah Sosok yang Diduga Tularkan Virus Corona pada Orang Nomor Satu di Amerika Serikat

Terlepas dari kerusuhan Capitol Hill, ada fakta memalukan lainnya bahwa Trump gagal mencegah dua calon Senat Republik kalah di Georgia, sehingga harus merelakan kendali Kongres jatuh ke tangan Demokrat.

Namun, dalam mentalitas Trump yang berapi-api, itu bukan akhir segalanya.

"Ini bukan lagi Partai Republik mereka. Ini adalah Partai Republik Donald Trump," kata putranya, Donald Trump Jr, kepada massa pro-Trump yang berunjuk rasa.

Menurut survei Axios-SurveyMonkey pekan ini, 62 orang Republik masih tidak terima Biden menang pada pemilu Amerika Serikat. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nasib Pilu Trump: Senjata Makan Tuan dan Orang-orang Dekat yang Berpaling"

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya