Ekonomi China Tetap Perkasa saat Pandemi Corona, Ternyata Ini Kuncinya

Selasa, 20 Oktober 2020 | 10:02
Kompas.com

Ekonomi China Tetap Perkasa saat Pandemi Corona, Ternyata Ini Kuncinya

GridStar.ID - China disebut menjadi negara yang berhasil melakukan pemulihan dari dampak pandemi covid-19.

Apalagi, dari sisi ekonomi, China tetap perkasa meski disebut sumber awal pandemi berasal dari Kota Wuhan China.

Lantas apa ya kuncinya ekonomi China tak terdampak meski hal ini dirasakan secara global?

Baca Juga: Bantu 2 Miliar Dollar AS, China Putuskan Bergabung dalam Distribusi Vaksin Covid-19 secara Global: Kami Utamakan Negara Berkembang

Melansir The Guardian, Senin (19/10/2020), berdasarkan data dari pemerintah, ekonomi China tumbuh sebesar 4,9 persen antara Juli dan September.

Kondisi tersebut menunjukkan berbaliknya keadaan dengan drastis dari kuartal pertama tahun ini di mana ekonomi China mengalami penyusutan sebesar 6,8 persen.

Seperti diketahui, banyak negara, terutama dengan ekonomi besar, berusaha untuk cepat kembali bangkit setelah terdampak buruk oleh pandemi virus corona.

Baca Juga: Tambah Daftar Pekerja Asing, di Tengah Pandemi Covid-19 150 TKA China Baru Masuk ke Kepulauan Riau untuk Garap Proyek PLTU

Namun, China menjadi negara pertama yang melaporkan pertumbuhan yang secara signifikan hingga melewati capaian di waktu yang sama tahun lalu.

Posisi China diperkirakan akan tetap lebih unggul dibandingkan negara-negara lain dalam beberapa bulan ke depan.

Pasalnya, negara-negara dengan ekonomi besar seperti Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa masih menghadapi gelombang kasus-kasus baru virus corona.

Baca Juga: Kabar Baik! China Pastikan Produksi 1 Miliar Vaksin Covid-19 di Tahun 2021, Berakhirnya Pandemi Semakin Dekat

Pada Minggu (18/10/2020), Gubernur Bank Sentral China Yi Gang mengatakan, diprediksi akan terjadi pertumbuhan tahunan kurang lebih 2 persen.

"Ekonomi China tetap bertahan dengan pontesi besarnya. Pemulihan terus diantisipasi, yang akan bermanfaat bagi pemulihan global," kata dia.

China sendiri diperkirakan menjadi negara G20 satu-satunya yang mengalami pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Baca Juga: China Lagi-lagi Menjadi Sorotan Dunia, Lebih dari 95.000 Etnis Muslim Uighur di Kota Ini Dikabarkan Telah Diterlantarkan

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), ekonomi global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 4,4 persen, penurunan paling tajam sejak Great Depression.

Sementara, data pada hari Senin (19/10/2020) menunjukkan bahwa produksi industri China di bulan September meningkat 6,9 persen dibanding waktu yang sama di tahun sebelumnya.

Selain itu, penjualan ritel naik 3,3 persen dan penjualan mobil juga meningkat 12,8 persen.

Baca Juga: Ilmuwan Hongkong yang Jadi Buronan Pemerintah China Buktikan Virus Corona Sesungguhnya Buatan Manusia, Begini Pengakuannya!

Pengeluaran konsumen juga mengalami peningkatan kembali, ditunjukkan dengan bangkitnya aktivitas pariwisata selama hari libur umum satu minggu di bulan Oktober atau yang disebut Golden Week.

Melansir New York Times, Senin (19/10/2020), pemulihan ekonomi China ini juga bergantung pada investasi besar di jalan tol, kereta berkecepatan tinggi, dan infrastruktur lain.

Akan tetapi, pulihnya perekonomian China juga membawa sejumlah risiko, terutama dengan peningkatan utang secara keseluruhan tahun ini.

Baca Juga: Duh, Relawan Ini Dinyatakan Positif Covid-19 Usai Disuntik Calon Vaksin Corona buatan China, kok Bisa?

Jumlahnya setara dengan 15-25 persen dari keseluruhan output ekonomi.

Sebagian besar utang tambahan adalah pinjaman dari pemerintah daerah dan badan usaha milik negara untuk membayar infrastruktur baru, atau hipotek yang diambil rumah tangga dan perusahaan untuk membayar apartemen atau gedung baru.

Pemerintah pun memahami risiko akumulasi utang yang cepat ini.

Baca Juga: Ilmuwan Hongkong yang Jadi Buronan Pemerintah China Buktikan Virus Corona Sesungguhnya Buatan Manusia, Begini Pengakuannya!

Akan tetapi, menekan kredit akan merusak aktivitas real estate, sektor yang mewakili hingga seperempat ekonomi China.

Risiko lain pada pemulihan ekonomi China adalah ketergantungannya pada ekspor, yang masih mewakili lebih dari 17 persen ekonomi China.

Untuk mengantisipasi masalah-masalah ini, Pemerintah China tengah mengupayakan sebuah strategi baru yang disebut sebagai dual circulation economy.

Baca Juga: Bongkar Borok Negaranya Rela Nyawa Terancam, Ahli Asal China Sebut Virus Corona Buatan Manusia, Sebut Punya Bukti Ilmiah Ini!

Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Pemimpin China Xi Jinping pada Mei 2020, yang bertujuan untuk menurunkan ketergantungan negara pada pasar luar negeri dan teknologi, serta mendorong konsumsi domestik serta kemajuan teknologi.

"Kami tengah membentuk pola pengembangan baru dengan siklus ekonomi domestik yang menjadi pokoknya. Ekonomi kita berada di periode kritis dalam transformasi," kata dia.

Meski demikian, ada tantangan tersendiri yang harus dihadapi untuk menjalankan strategi tersebut.

Baca Juga: China Tega Lockdown Wilayah Ini dengan Cara Sadis, Kaum Muslim Uighur yang Tak Patuh Ditelanjangi hingga Disiram Disinfektan yang Buat Kulit Melepuh

"Kami telah melihat banyaknya saran untuk meningkatkan konsumsi, tetapi yang terpenting adalah memperkaya orang terlebih dahulu," kata Mantan Kepala Ekonom Biro Statistik Nasional yang kini menjadi peneliti kebijakan di kabinet, Yao Jingyuan seperti dikutip New York Times, Senin (19/10/2020).

Pengamat mengatakan, kekuatan pemulihan ekonomi China masih tidak pasti dengan adanya potensi kehilangan pekerjaan, ketidakmerataan pertumbuhan di negara, peningkatan utang perusahaan maupun rumah tangga, dan lainnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Melihat Perekonomian China, yang Disebut Berhasil Pulih dari Dampak Pandemi Covid-19

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : Kompas

Baca Lainnya