GridStar.ID - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meninggalkan kesan mendalam bagi rakyat selama menjabat.
Kinerjanya selama 5 tahun berada di bawah kabinet Jokowi tak diragukan lagi.
Bahkan meski kini sudah tak menjabat, sosoknya masih sering menerima sorotan publik.
Baru-baru ini nama Susi kembali mencuat di media sosial saat aksi demo mahasiswa hampir serentak terjadi di berbagai kota.
Demo menentang pengesahan UU Cipta Kerja Omnibus Law oleh mahasiswa memang sempat jadi buah bibir sampai ke mancanegara.
Namun kesan menyedihkan baru saja dilontarkan oleh Susi Pudjiastuti.
Hal tersebut terkait insiden pemukulan yang dialami oleh seorang mahasiswa saat demo berlangsung.
Bahkan kesedihan Susi diluapkannya di media sosial mengenai kabar mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) menjadi korban pemukulan.
Mahasiswa UGM yang dimaksud berinisial ARN (20).
Dia salah satu peserta ujuk rasa menolak UU Omnibus Law yang ditangkap polisi dan kemudian dipaksa untuk mengaku sebagai provokator.
Tangis Susi tersebut dituangkannya melalui akun twitternya saat menanggapi berita mengenai salah seorang mahasiswa UGM yang dianiaya dan dipaksa untuk mengaku sebagai provokator.
Bahkan penganiayaan yang diterimanya tersebut membuat gagang kacamata yang ia kenakan sampai patah.
Susi Pudjiastuti tak banyak komentar kecuali memasang emoticon tanda menangis sebanyak 9 buah.
Emoticon menangis itu di-cuitkan di akun twitternya pukul 06:38 WIB, Senin (12/10) pagi ini dan langsung mendapat respon sejumlah netizen.
Seperti yang dilansir dari Kompas.com, seorang mahasiswa berinisial ARN (20) mengaku dirinya jadi korban pemukulan oleh aparat.
Ia pun juga dipaksa untuk mengakui sebagai provokator dalam aksi demo yang berakhir ricuh tersebut.
Kini ARN harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Yogyakarta atas apa yang ia alami.
Selain keluhan sesak napas, juga terdapat luka lebam yang berada di wajahnya.
Melansir dari Kompas.com, saat itu ARN sedang mengendarai sepeda motornya untuk menyusul kawannya dari bundara UGM.
ARN sempat berlindung namun tiba-tiba dirinya didatangi oleh seorang petugas dan diinterogasi.
Saat itulah ARN mengaku mengalami tindak kekerasan.
"Kepala dan muka saya beberapa kali dipukul sampai gagang kacamata saya patah," tutur ARN.
Namun apa yang diungkapkan oleh ARN itu dibantah oleh pihak kepolisian.
"Tidak ada. Yang sudah di Polresta tidak ada pemukulan, mereka kan di lapangan," kata Kapolresta Yogyakarta Kombes Purwadi Wahyu Anggoro.
(*)