Diuji Coba di Indonesia, Peneliti Unpad Beberkan Kelemahan Calon Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac, Dampaknya Beda dari Negara Lain!

Sabtu, 12 September 2020 | 09:30
Shutter Stock

Diuji Coba di Indonesia, Peneliti Unpad Beberkan Kelemahan Calon Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac, Dampaknya Beda dari Negara Lain!

GridStar.ID - Baru-baru ini peneliti asal Universitas Padjajaran mengungkapkan soal vaksin covid-19.

Diketahui, Indonesia tengah bekerja sama dengan Sinovac Biotech, perusahaan produsen vaksin asal China.

Calon vaksin covid-19 tengah diuji coba klinis sejak beberapa waktu lalu di Bandung.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Uji Coba Vaksin Covid-19 dari Oxford Ditangguhkan Gegara Sukarelawan Jatuh Sakit Alami Peradangan Langka

Ketua Tim Riset Uji Klinis Fase 3 Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Prof Kusnandi Rusmil mengungkapkan kekurangan vaksin Covid-19 asal Sinovac, China.

“Kekurangan vaksin (asal China) tidak begitu imunogenik, sehingga harus disuntikkan lebih dari sekali,” ujar Kusnandi dalam Dies Natalis Universitas Padjadjaran (Unpad) yang digelar virtual, Jumat (11/9/2020).

Namun, menurut Kusnadi, hal itu lebih aman ketimbang vaksin lain yang pernah diuji coba negara lain.

Baca Juga: Kabar Gembira untuk Kita Semua, Bendahara Negara Lapor ke DPR Bansos hingga Subsidi Gaji Berlanjut Tahun Depan: Meskipun Ada Harapan Vaksin!

Kusnandi menjelaskan, ada beberapa jenis vaksin yang tengah dikembangkan dunia, baik itu menggunakan virus yang mati ataupun hidup.

Untuk virus yang hidup, biasanya vaksin terdiri dari dua virus hidup, kemudian disuntikkan pada orang.

Namun, ternyata ada yang tidak cocok, sehingga disetop.

Baca Juga: Kabar Baik Berakhirnya Pandemi Corona, Pemerintah Gelontorkan Rp3,3 Miliar untuk Bayar DP Vaksin Virus Covid-19

Kemudian vaksin dari virus yang dimatikan dulu seperti yang sekarang diuji klinis di Indonesia.

Namun, kekurangannya adalah vaksin tidak begitu imunogenik, sehingga harus disuntikkan lebih dari sekali.

Itulah mengapa pada uji klinis vaksin tahap tiga, setiap relawan mendapat dua kali suntikan.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Sudah Masuk Uji Coba Ketiga, Erick Thohir Wanti-Wanti: Setelah Disuntik Vaksin, Bukan Berarti Sehat Selamanya!

Kusnandi mengungkapkan, hingga kini belum ada obat untuk virus corona.

Negara-negara di dunia tengah berlomba membuat vaksin.

Indonesia sendiri bekerja sama dengan China untuk pengembangan vaksin ini.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Presiden Jokowi Sudah Tentukan Tanggal Suntik Vaksin Covid-19, Para Ahli Justru Beri Peringatan untuk Jangan Terlalu Berharap, Ada Apa?

Adapun alasan mengapa yang dipilih China, karena penyakit ini bermula dari sana.

Selain itu, vaksin ini sudah melalui tahap satu dan dua.

Hasilnya cukup baik, sehingga dilanjutkan dengan uji klinis vaksin tahap ketiga.

Baca Juga: Sudah Lama Dinanti-Nanti, Erick Thohir Malah Sebut Vaksin Covid-19 Tak Bisa Disuntikkan untuk Usia 18 ke Bawah, Bagaimana Nasib Anak-Anak?

Sebelumnya, Menteri BUMN Erock Thohir mengatakan, Indonesia akan mendapat tambahan 20 juta dosis vaksin dari Sinovac akhir tahun ini. Kemudian, tahun depan ada tambahan 250 juta dosis.

Sedangkan vaksin dari G42 UAE akan tiba di Indonesia pada Desember 2020, yakni sebanyak 10 juta dosis. Kemudian 50 juta dosis lagi pada kuartal I tahun 2021.

Menurut Erick Thohir, jumlah vaksin itu belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Sudah Lama Dinanti-Nanti, Erick Thohir Malah Sebut Vaksin Covid-19 Tak Bisa Disuntikkan untuk Usia 18 ke Bawah, Bagaimana Nasib Anak-Anak?

Sebab, masing-masing individu membutuhkan dua kali suntikan.

Itulah mengapa negara-negara seperti Inggris dan Jepang memesan 3-4 kali dari jumlah vaksin yang dibutuhkan.

Untuk itu, selain berupaya mengembangkan vaksin merah putih, penjajakan dengan sejumlah penyedia vaksin terus dilakukan Indonesia.

Misalnya dengan CEPI, astranezeca, cansimo, dan lainnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peneliti Unpad Ungkap Kekurangan Vaksin Covid-19 Sinovac dari China"

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya