Tak Hanya Indah, Pakaian Adat NTT yang Dikenakan Jokowi Saat Sidang Tahunan MPR Punya Makna dan Filosofi Tersendiri

Sabtu, 15 Agustus 2020 | 12:02
instagram

Jokowi dengan pakaian adat NTT

GridStar.ID - Presiden Joko Widodo pada Jumat (14/08) hadir sidang rapat tahunan MPR.

Penampilan dari Presiden saat itu berbeda dari biasanya.

Dalam rapat yang dilangsungkan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta tersebut Presiden Jokowi terlihat menggunakan pakaian adat.

Baca Juga: Disebut Berkhianat oleh Alumni 212 Lantaran Kini Jadi Menteri Jokowi, Prabowo Buat Kecewa Pendukungnya, Slamet maarif: Kami Berkorban untuk Beliau malah Ditinggalkan

Jokowi saat itu menggunakan pakaian adat khas dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pakaian tersebut terdiri dari kemeja hitam yang dililit balutan kain dengan corak emas yang mewah.

Baju adat NTT tersebut merupakan baju adat dari daerah Sabu.

Baca Juga: Langsung Diumumkan Jokowi, Ini Perkembangan Terbaru Vaksin Covid-19 Merah Putih yang Dikembangkan dalam Negeri, Kapan Siap Edar?

Pakaian adat NTT untuk laki-laki ini terdiri dari Lehu (Destar), selimut 1, selimut 2 dan sabuk (dari Golo).

Dikutip dari Kompas.com, Dosen Program Studi Indonesia FIB UI Daniel Hariman Jacob mencoba menjelaskan pakaian adat Sabu yang dikenakan Jokowi.

Dia menjelaskan ada perbedaan antara sarung bunga palem besar/Hubi Ae dan bunga palem kecil/hubi iki.

Baca Juga: Disampaikan Langsung oleh Tangan Kanan Jokowi, Sri Mulyani Ungkap Presiden Sedang Menimbang Gaji ke-13 untuk Tenaga Kesehatan!

Pada bunga palem besar/Hubi Ae, jenis dan motif sarung yang boleh dipakai adalah sarung Motif Raja atau Ei Raja dan bunga palem kecil adalah motif Le'do atau sarung Ei Ledo.

Biasanya penggunaan pakaian adat pada masa saat ini digunakan untuk acara keluarga, seperti pernikahan.

Di masa lalu pakaian adat biasanya dipakai dalam upacara adat Sabu, seperti upacara adat kelahiran anak, upacara saat bayi turun tanah, asah gigi, dan lamaran.

Baca Juga: Kabar Gembira Disampaikan Langsung oleh Presiden Jokowi, Bantuan Uang Tunai Rp 600 Ribu untuk Pekerja Dipastikan Cair Dalam Waktu Dekat, Ini Jadwalnya!

Motif yang dipakai tersebut menggambarkan mengenai Pula Sabu yang memiliki kekayaan alam terutama lontar dan kapas yang digunakan sebagai bahan mentah pembuatan kain adat Sabu.

Motif lain yang digunakan adalah motif Kekama Haba atau Gagang Wadah menyadap lontar dan motif Petola.

Bagian lain dari pakaian adat NTT yang memiliki cerita sendiri adalah tutup kepala.

Baca Juga: Bawa Angin Segar, Presiden Jokowi Ungkap Perkembangan Vaksin Covid-19 yang Dilakukan di Tanah Air: Segera Selesai di Pertengahan Tahun 2021

Ada dua jenis ikat kepala yang ada di pulau Sabu, yaitu lehu (destar) dan lehu ketu (ketu adalah kepala).

"Yang pertama adalah ikat kepala dari batik yang dewasa ini dipakai oleh kaum laki-laki Sabu dan jenis tutup kepala kedua adalah tenunan berukuran kecil, disebut juga wai yang berarti sabuk," jelas Daniel. (*)

Editor : Hinggar

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya