Lain Dulu Lain Sekarang, Anies Baswedan Kesal dengan Pembelian Toa untuk Atasi Banjir Setelah Sebelumnya Setujui Dana 4 Miliar Guna Beli Pengeras Suara: Kenapa Pakai Alat Begini?

Sabtu, 08 Agustus 2020 | 18:00
Tribunnews

Lain Dulu Lain Sekarang, Anies Baswedan Kesal dengan Pembelian Toa untuk Atasi Banjir Setelah Sebelumnya Setujui Dana 4 Miliar Guna Beli Pengeras Suara: Kenapa Pakai Alat Begini?

GridStar.ID - Banjir menjadi persoalan yang tak ada hentinya bagi warga DKI Jakarta.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah tahunan tersebut.

Anies Baswedan menilai penggunaan TOA untuk mengatasi banjir sangat tidak relevan dengan kondisi di lapangan.

Baca Juga: Bikin Panik Warganya Rekor Kasus Harian Covid-19 di Jakarta Capai 584, Anies Baswedan Malah Tenang: Harusnya Kita Syukuri!

Melansir Warta Kota, Anies meminta agar BPBD Jakarta tak lagi membeli alat tersebut dari Jepang.

“Ini bukan early warning system (sistem peringatan dini), tapi ini TOA dan TOA this is not a system (ini bukan sistem),” kata Anies saat rapat pimpinan pengendalian banjir seperti dikutip dari YouTube Pemprov DKI Jakarta pada Jumat (07/08).

Anies kemudian menyindir pihak BPBD yang tergiur hibah dari perusahaan Jepang untuk mempromosikan TOA sebagai alat peringatan dini bencana banjir.

Baca Juga: Anies Baswedan dan Novel Baswedan Ikut Berbelasungkawa, Datang untuk Salati Jenazah Taka, Anggota PPSU yang Jadi Korban Tabrak Lari

Menurutnya, TOA lebih efektif digunakan sebagai alat peringatan musibah tsunami, bukan banjir.

“Kalau banjir kira-kira antara peringatan dengan kejadian berapa menit? Yah lama, kenapa pakai alat begini?,” ujar Anies terheran.

Hal ini disebabkan kiriman air dari Kota Bogor, Jawa Barat cenderung butuh waktu yang lama untuk tiba di Ibu Kota.

kompas

Toa sebagai sistem peringatan dini banjir Jakarta

Baca Juga: Bak Jilat Ludah Sendiri, Pemprov DKI Jakarta Kini Beri Izin Reklamasi Ancol Nyambung ke Darat Padahal Era Ahok Dilarang, Ini Penjelasan Anies Baswedan!

Anies menyarankan agar petugas BPBD menyiapkan alat komunikasi lain untuk peringatan dini banjir, misalnya dengan aplikasi WhatsApp atau pengeras suara masjid.

“Ini adalah cara promosi paling bagus, hibah dulu habis itu pengadaan. Dan strategi mereka (perusahaan Jepang) sukses, lalu kita belanja terus,” sindirnya kepada BPBD DKI Jakarta.

Namun nampaknya pernyataan Anies Baswedan dulu berbeda dengan yang sekarang.

Baca Juga: Dulunya Tentang Keras Kebijakan Ahok, Kini Anies Baswedan Sebut Reklamasi Ancol Dapat Lindungi Warga dari Banjir, Sosok Ini Sindir Sikap Plin-Plan Gubernur DKI Jakarta: Airnya Nggak Jadi Masuk ke Tanah?

Melansir Sosok.ID, awal tahun 2020, masyarakat digemparkan dengan cara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatasi banjir.

Melansir Kompas.com, diberitakan pada Januari lalu Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 4 miliar guna membeli enam set pengeras suara alias TOA canggih.

"Salah satu hal yang akan diterapkan baru, bila ada kabar (akan banjir), maka pemberitahuannya akan langsung ke warga," kata Anies melansir Kompas.com, pada (08/01) lalu.

Baca Juga: Berhasil Kendalikan Kasus Covid-19 di DKI Jakarta, Anies Baswedan Justra Dapat Predikat Gubernur Paling Tidak Disukai oleh Masyarakat, Pilih Legowo dan Tak Ambil Hati: Nggak Apa-apa...

"Jadi kelurahan bukan ke RW, RT, tapi langsung ke masyarakat berkeliling dengan membawa toa (pengeras suara) untuk memberitahu semuanya, termasuk sirine," ujarnya.

Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapudatin) BPBD, M. Ridwan mengatakan, pengeras suara yang dinamakan Disaster Warning System (DWS) ini tergabung dalam sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) BPBD DKI.

"Alatnya memang pakai toa, tapi bukan menggunakan toa seperti yang ada di masjid," Rabu (15/01), dikutip dari Tribun Jakarta.

(*)

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : Warta Kota, Kompas, Sosok.id

Baca Lainnya