Diombang-Ambing Covid-19, Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Indonesia Bakal Masuk Jurang Resesi, Krisis Moneter 1998 Terulang Lagi?

Rabu, 05 Agustus 2020 | 18:45
Kompas.com

Diombang-Ambing Covid-19, Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Indonesia Bakal Masuk Jurang Resesi, Krisis Moneter 1998 Terulang Lagi?

GridStar.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020, Rabu (05/08).

Pemerintah, Bank Indonesia serta pengamat ekonomi sudah memperkirakan bakal mengalami pertumbuhan negatif (resesi) akibat pandemi Covid-19.

Sri Mulyani, Menteri Keuangan memprediksi ekonomi RI tertekan ke titik -4,3 persen.

Baca Juga: Bakal Cair Agustus, Segini Besarnya Tunjangan Gaji ke-13 PNS yang Dijanjikan Menkeu Sri Mulyani

"Jadi kita ekspektasi kuartal II itu kontraksi. Saya sampaikan di sini (rentang kontraksi antara) minus 3,5 persen sampai minus 5,1 persen. Titik poin (nilai tengah) minus 4,3 persen," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR RI, Rabu (15/07).

Sama dengan Sri Mulyani, Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 akan mengalami tekanan dengan tumbuh negatif antara 4 persen hingga 4,8 persen.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan, proses pemulihan ekonomi RI akan berlangsung sangat lambat atau berbentuk huruf U (U-shape) karena tengah menghadapi masa-masa yang sangat sulit.

Baca Juga: Lama Menjanda, Pedangdut Sari Sri Mulyani Terang-terangan Akui Naksir Ketampanan Menhan Prabowo: Dia Gagah, Aku Ingin Jadi Istrinya

"Kuartal II, Kemenkeu (memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia) negatif 4 persen. (Proyeksi) BI kurang lebih angkanya sama, antara 4 persen sampai 4,8 persen. Itu range kita. Dengan U-shaped recovery, (pemulihan) relatif lambat," ujar Destry dalam konferensi video di Jakarta, Senin (20/07).

Sementara itu, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 terkontraksi 4,72 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Banyak penyebab yang membuat ekonomi tertekan, seperti konsumsi rumah tangga yang menurun, indeks kepercayaan konsumen menurun, penjualan mobil dan motor terkontraksi, serta PMTB diperkirakan tumbuh negatif.

Baca Juga: Angin Segar Bagi Rakyat Indonesia, Menteri Sri Mulyani Umumkan Bansos Covid-19 Diperpanjang hingga Muncul Fakta Soal Penyaluran Dana Tidak Merata, Ada Apa?

Bakal resesi?

Minusnya pertumbuhan ekonomi RI diyakini masih akan berlanjut pada kuartal III-2020.

Secara teknikal, bila ekonomi pada kuartal III kembali mencatatkan pertumbuhan negatif, RI masuk ke jurang resesi.

Fenomena ini merupakan yang pertama kalinya sejak krisis tahun 1998.

Baca Juga: Angin Segar Bagi Masyarakat Indonesia, Sri Mulyani Bagikan Kabar Gembira Terkait Bansos Covid-19 untuk UMKM, Apa Itu?

Secara tak langsung, pemerintah sudah mengindikasikan Indonesia bisa masuk ke jurang resesi pada kuartal III-2020, menyusul negatifnya pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi atau minus sejak kuartal II-2020.

Adapun pada kuartal III-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa minus 1 persen atau tumbuh 1,2 persen.

Sementara itu, Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri meyakini Indonesia akan mengalami resesi.

Baca Juga: Sudah Ditunggu Sekian Lama, Menteri Sri Mulyani Janjikan Gaji Ke-13 Bakal Cair Bulan Agustus, Namun Tak Semua PNS Bakal Terima, Siapa Saja?

Dari hitung-hitungannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh minus pada kuartal II-2020 dengan kisaran minus 2,8 persen hingga minus 3,9 persen.

Resesi atau tidak, contoh China Terlepas bakal resesi atau tidak, Josua Pardede menyarankan Indonesia becermin pada China.

Pertumbuhan positif negara "Tirai Bambu" ini patut diacungi jempol usai membukukan pertumbuhan negatif yang curam.

Baca Juga: Kemenkeu Sudah Ketok Palu, Cek Pencairan Gaji ke-13 PNS di Bulan Agustus, Segini Besaran Uang Tiap Golongan!

Namun, pertumbuhan ekonomi kembali menyentuh angka positif 3,2 persen pada kuartal II-2020, meski negara Xi Jinping tak berani menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020.

Indonesia, kata Josua, perlu memitigasi kemunculan resesi sebelum terlambat.

Caranya adalah mempercepat penyaluran bantuan sosial secara tepat sasaran dalam bentuk tunai dan stimulus lainnya yang mampu menopang ekonomi.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Tembus 404 Miliar Dollar AS, Sri Mulyani: Kadang-Kadang Masyarakat Kita Sensitif soal Utang

Sekalipun nantinya terjadi resesi, percepatan penyaluran stimulus akan membuat ekonomi kembali positif pada kuartal IV-2020.

"Dia (China) bukan hanya stimulusnya yang cepat, tapi penanganan Covid-nya juga sangat baik. Jadi artinya, ini harus jadi contoh sukses sebagai negara yang bisa keluar dari jebakan ataupun jeratan resesi," kata Josua kepada Kompas.com, Senin (03/08).

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Diumumkan Siang Ini, RI Bakal Masuk Jurang Resesi?

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya