GridStar.ID- Pandemi virus covid-19 masih menjadi masalah pelik di sejumlah negara.
Berdasarkan data 30 Juli 2020,lebih dari 17 juta orang di dunia terkonfirmasi positif covid-19.
Di Indonesia, ada 100 ribu lebih kasus postif covid-19, tampak grafik terus meningkat.
Pencarian vaksin Covid-19 pun telah dilakukan berbagai negara.
Banyak di antaranya yang mencapai hasil memuaskan, namun hal itu belum bisa menyimpulkan kapan vaksin bisa diproduksi.
Uji coba terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk bisa diproduksi secara massal.
Di saat banyak negara di dunia terus melakukan penelitian untuk menemukan vaksin tersebut, Rusia dikabarkan sudah menemukan vaksin Covid-19.
Rusia ingin menjadi yang pertama di dunia yang menyetujui vaksin virus corona.
Meskipun, ada kekhawatiran mengenai keamanan, efektivitas, dan apakah negara ini mengambil jalan pintas dalam pengembangannya.
Para pejabat Rusia mengatakan, mereka tengah bekerja untuk persetujuan vaksin pada 10 Agustus atau lebih awal daripada itu.
Persetujuan ini dilakukan untuk vaksin yang telah dibuat oleh Gamaleya Institute yang berbasis di Moskow.
Melansir CNN, Kamis (30/07), persetujuan tersebut untuk penggunaan umum, dengan petugas kesehatan garis depan yang akan mendapatkannya terlebih dahulu.
"Ini momen Sputnik," kata Kirill Dmitriev, Kepala Dana Kekayaan Negara Rusia, yang membiayai penelitian vaksin Rusia, merujuk pada suksesnya peluncuran satelit pertama dunia oleh Uni Soviet pada 1957.
"Orang Amerika terkejut ketika mereka mendengar bunyi Sputnik.
Itu sama dengan vaksin ini. Rusia akan sampai di sana lebih dulu," ujar dia.
Namun, Rusia tidak merilis data ilmiah mengenai pengujian vaksin ini, sehingga belum dapat memverifikasi terkait keamanan dan keefektifannya.
Para kritikus mengatakan, desakan negara ini untuk vaksin datang di tengah tekanan politik dari Kremlin, yang ingin menggambarkan Rusia sebagai kekuatan ilmiah global.
Muncul juga kekhawatiran mengenai pengujian vaksin ini terhadap manusia yang tidak lengkap.
Uji coba vaksin
Sejumlah uji coba vaksin sedang berlangsung di seluruh dunia, dan sejumlah kecil dalam uji coba untuk mengetahui efektivitasnya dalam skala besar.
Namun, sebagian besar pengembang telah memperingatkan bahwa masih banyak pekerjaan yang tersisa sebelum vaksin disetujui.
Sementara, beberapa vaksin global sedang dalam tahap uji coba ketiga, vaksin Rusia belum menyelesaikan fase kedua.
Pengembang berencana untuk menyelesaikan fase tersebut pada 3 Agustus, dan kemudian melakukan pengujian fase ketiga secara paralel dengan vaksinasi pekerja medis.
Ilmuwan Rusia mengatakan, vaksin ini cepat dikembangkan karena merupakan versi modifikasi dari yang sudah dibuat untuk memerangi penyakit lain.
Itulah pendekatan yang diambil di banyak negara lain dan oleh perusahaan lain.
Khususnya, Moderna, yang vaksinnya didukung oleh Pemerintah AS dan yang memulai pengujian tahap 3, telah membangun vaksin corona virus berdasarkan vaksin yang telah dikembangkannya untuk virus terkait, MERS.
Regulator AS dan Eropa membutuhkan uji keamanan dan kemanjuran yang lengkap untuk vaksin.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan, tentara Rusia bertugas sebagai sukarelawan.
Sementara itu, Direktur Proyek, Alexander Ginsburg mengaku bahwa ia telah menyuntikkan dirinya dengan vaksin.
Para pejabat Rusia menjelaskan, obat itu dilacak dengan cepat karena pandemi global dan masalah corona virus yang parah bagi negara itu sendiri.
Saat ini, Rusia telah memiliki lebih dari 800.000 kasus yang dikonfirmasi.
"Ilmuwan kami fokus bukan pada menjadi yang pertama tetapi pada melindungi orang," kata Dmitriev.
Dua vektor
Vaksin ini menggunakan vektor adenovirus manusia yang telah dibuat lebih lemah sehingga tidak mereplikasi dalam tubuh.
Tidak seperti kebanyakan vaksin yang tengah dikembangkan, vaksin ini bergantung pada dua vektor, bukan satu, dan pasien akan menerima suntikan pendorong kedua.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan petugas kesehatan di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 20 Juni.
Pejabat menyebutkan, data ilmiah mereka saat ini sedang dikompilasi dan akan tersedia untuk peer review dan publikasi pada awal Agustus.
"Rusia mengukuhkan posisi kepemimpinannya dalam pengembangan vaksin dan platform vaksin Ebola dan MERS yang telah terbukti untuk membawa solusi pertama yang aman dan efisien untuk masalah terbesar dunia," ujar Dmitriev.
Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak ada vaksin yang disetujui untuk MERS.
Kementerian Kesehatan Rusia, yang belum mengonfirmasi tanggal persetujuan pada bulan Agustus, menyebutkan, staf medis garis depan akan menjadi yang pertama divaksinasi setelah obat baru tersebut disetujui untuk penggunaan umum.
Uji coba vaksin skala besar di Inggris, Amerika Serikat, dan di tempat lain sedang dilakukan dengan cepat.
Akan tetapi, belum berkomitmen untuk tenggat waktu di mana produk-produk tersebut akan disetujui.
Hasil awal dari uji coba vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford dan AstraZeneca disebut menjanjikan.
Akan tetapi, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO Mike Ryan memaparkan bahwa masih banyak jalan yang harus ditempuh.
"Ini adalah studi fase 1. Kita sekarang perlu beralih ke uji coba dunia nyata skala yang lebih besar, tapi baik untuk melihat lebih banyak data dan lebih banyak produk yang bergerak ke fase penemuan vaksin yang sangat penting ini," kata Ryan.
Awal bulan ini, Kremlin membantah tuduhan mata-mata Rusia meretas laboratorium penelitian Amerika, Kanada, dan Inggris untuk mencuri rahasia pengembangan vaksin.
Pejabat Rusia juga membantah laporan bahwa anggota elit politik dan bisnis negara itu, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, telah diberikan akses awal ke vaksin. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulRusia Klaim Setujui Vaksin Virus Corona pada Pertengahan Agustus