Nekat Banget, Ilmuwan Ini Nekat Bongkar Jasad Pasien Virus Corona, Hasilnya Bikin Ngeri Lihat Bagian Ini Rusak Parah!

Kamis, 11 Juni 2020 | 17:02
Tribunnews.com

(Ilustrasi) Nekat Banget, Ilmuwan Ini Nekat Bongkar Jasad Pasien Virus Corona, Hasilnya Bikin Ngeri Lihat Bagian Ini Rusak Parah!

GridStar.ID- Padahal risiko tertular besar, ilmuwan asal China ini nekat bongkar jasad pasien corona.

Setelah diotopsi, hasilnya bikin ngeri karena melihat bagian tubuh ini rusak parah.

Seperti apa penelitiannya?

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Peneliti Temukan Tanda-Tanda Virus Corona Sudah Menyebar Sejak Agustus 2019!

Laporan yang diterbitkan oleh jurnal media Inggris, The Lancet ini berdasarkan otopsi yang dilakukan para ahli dari Pusat Medis Kelima Rumah Sakit Umum, Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing.

Mereka memperoleh sampel biopsi dan otopsi, dari seorang pria berusia 50 tahun yang meninggal akhir Januari lalu akibat virus corona.

Hasilnya ilmuwan temukan situasi yang mirip dengan wabah SARS, penyakit yang pernah menyerang China Selatan tahun 2002-2003.

Baca Juga: Bawa Angin Segar Di Saat Perusahaan Lakukan PHK pada Karyawannya di Tengah Wabah Corona, Perusahaan Ini Malah Rekrut Ribuan Pegawai

Pada saat itu SARS menewaskan lebih dari 800 orang dan lebih dari dua lusin negara saat itu juga merasakan dampak dari wabah tersebut.

Sementara itu wabah MERS mewabah tahun 2012, pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi menyebabkan 860 kematian secara global.

Pria yang diotopsi di Beijing itu memiliki gejala awal pada 14 Januari kemudian meninggal dua mingggu kemudian.

Baca Juga: Tembus Angka Fantastis Hingga 33.000 Kasus, Indonesia Masuk Daftar 100 Negara Teraman dari Virus Corona, Kok Bisa?

Setelah itu dia mendonasikan tubuhnya untuk bahan penelitian jika dirinya meninggal, namun akhirnya dia benar-benar tewas.

Kemudian setelah ilmuwan melakukan penelitin dengan otopsi temukan pada alveoli di kedua paru-parunya mengalami kerusakan.

Juga ditemukan cedera pada hatinya yang kemungkinan disebabkan oleh virus corona.

Baca Juga: Provinsi yang Memiliki Kasus Positif Covid-19 Tertinggi di Indonesia, Satu Daerah di DKI Jakarta Ini Bertahan Jadi Zona Hijau di Ibukota, Apa Rahasianya?

Ada kerusakan yang kurang substansial pada jaringan jantung, menunjukkan bahwa infeksi "mungkin tidak secara langsung merusak jantung."

Peneliti mengatakan, bahwa pengobatan antiinflamasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak boleh secara rutin digunakan di luar uji klinis.

Wa Fu-sheng dan Zhao Jingmin dua rekan penulis itu tidak mampu menghadapi kometar lebih lanjut.

Baca Juga: Belum Juga Melandai, Indonesia Tembus 1.000 Kasus Baru Positif Covid-19 dalam 24 Jam Terakhir

Tapi mereka mencatat dalam penelitian ini bahwa tidak ada patologi yang ditemukan, sebelum kasus virus corona.

Wabah ini telah menyebabkan sekitar 74.000 orang terinfeksi dan lebih dari 2.000 orang meninggal, sementara yang disembuhkan sekitar 16.000 orang.

Lebih dari 25 negara telah melaporkan infeksi virus corona, dan memicu kekhawatiran bahwa wabah tersebut oleh WHO digolongkan sebagai darurat global.

Baca Juga: WHO Umumkan Fakta-Fakta Uji Coba Hidroksiklorokuin Jadi Obat Virus Covid-19, Hasilnya Ternyata...

Sebuah studi terpisah yang diterbitkan dalamThe Lancetoleh para spesialis dari University of Edinburgh pada 7 Februari berpendapat bahwa, tentang penggunaan kortikosteroid.

Suatu kelas hormon steroid banyak digunakan selama wabah SARS dan MERS dan telah dicoba pada pasien virus corona baru.

Studi pengamatan menyarankan penggunaannya untuk mengurangi peradangan dapat menyebabkan komplikasi termasuk diabetes, kematian jaringan tulang dan penundaan pengangkatan virus.

Baca Juga: Obat Ampuh Penangkal Corona Tak Kunjung Ditemukan, Amerika Bersikukuh Tuding China Jadi Dalang Perlambat Penemuan Vaksin Virus Corona

Lima ilmuwan China yang dipimpin oleh Lianhan Shang dari Universitas Pengobatan China Beijing, menerbitkan tanggapan terhadap penelitian yang mendorong penggunaaan kortikosteroid dalam kasus tertentu.

Tanggapan ini mengakui risiko penggunaan kortiskosteroid dosis tinggi pada pasien virus corona, termasuk potensi infeksi lainnya.

Tapi mungkin dibenarkan untuk pasien yang sakit kritis dengan peradangan yang signifiasinnya terletak di paru-paru mereka.

(*)

Artikel ini telah tayang diIntisaridengan judulPeneliti Terkejut Ketika Bongkar Jenazah Korban Virus Corona, Mereka Temukan Organ Dalamnya Kondisinya Mengerikan, Ternyata Bagian Ini 'Rusak' Setelah Terserang Virus Corona

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : Intisari

Baca Lainnya