GridStar.ID-Wabah virus corona atau yang juga dikenal dengan covid-19 saat ini menjadi momok paling mengerikan bagi umat manusia.
Virus yang digadang-gadang berasal dari Kota Wuhan, China ini hingga detik ini telah berhasil menginfeksi hampir ke seluruh negara di muka bumi.
Tak hanya itu, wabah corona juga seakan-akan meluluh-lantakkan dunia di berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi.
Termasuk di Indonesia sendiri, kebanyakan orang saat ini tengah mengalami krisis ekonomi.
Bahkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pun sebagian orang merasakan kesusahan.
Terlebih lagi, banyak pekerja yang terpaksa harus di PHK dikarenakan wabah ini.
Namun ternyata, mimpi buruk bagi rakyat Indonesia tak hanya sampai di situ.
Seperti yang dilansir dari Tribun-Timur.com, hampir semua pengamat memprediksi bahwa situasi krisis akibat Covid-19 ini berat dan akan berlangsung dalam waktu yang lama.
Bukan hanya dari sisi pandeminya tapi dampak buruknya dalam sektor ekonomi, sosial, politik dan Kemanusiaan secara umum.
Secara global tidak ada satupun negara yang tidak berdampak covid-19 termasuk Indonesia.
"Saat ini bukan hanya soal krisis pandeminya, tapi akumulasi dampaknya akan kita hadapi setelahnya yaitu krisis ekonomi yang sudah terasa yang berpotensi memunculkan krisisi sosial dan biasanya diikuti krisis politik, kemanusiaan lalu diakhiri dengan lahirnya tatanan dunia baru," ungkap Anis Matta dalam rilis dikirim pengurus Gelora Makassar, Kamis (14/05).
Hal senada dikatakan Didin S Damanhuri dalam acara zoominari serupa beberapa waktu lalu yang mengemukakan dari sekian referensi ada beberapa pandangan tentang Covid-19.
Baca Juga: Bak Angin Segar Obat Virus Corona, WHO Sebut Sudah Ada 7 hingga 8 Vaksin Covid-19 yang Potensial!
Yaitu, tidak pesimis, berat, dan sangat berat. Tetapi setelah diumumkan target pertumbuhan ekonomi negara-negara di Dunia, Indonesia sekitar 4 persen, China positif.
Tapi kenyataannya, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97 persen, sementara China minus 5,8 persen dengan pengangguran sudah lebih 70 juta orang.
Bahkan berpotensi 205 juta pekerjanya terancam pengangguran friksional. Begitupun Uni Eropa kata Prof Didin juga minus.
Baca Juga: Jokowi Minta Angka Covid-19 di Jawa Turun Sebelum Lebaran 2020
"Jadi saya kira dengan rilis seperti itu, keadaan yang bilang tidak terlalu pesimis itu hilang. Keadaan yang dihadapi sekarang ini adalah berat dan sangat berat," katanya.
Fakta-fakta ini membuat semua negara di dunia berjibaku mencari jalan keluar dari krisis ini.
Salah satu contoh India baru saja menggelontorkan paket stimulus ekonomi 4000 Triliun untuk melindungi dan membangunkan ekonomi sektor real termasuk UMKM nya. Lalu bagaimana dengan Indonesia.
Charity dan bantuan BLT menjadi pendekatan yang rutin dalam situasi krisis sebagai langkah penyelamatan bagi warga yang terkena dampak. Tetapi bisa bertahan sampai berapa lama dalam situasi semua sektor terpukul.
Bagi Anis Matta dalam situasi krisis seperti ini yang paling pertama harus hadir pada dasarnya bukanlah sistem pertama kali tetapi kebutuhan Leadership atau Kepemimpinan.
"Pendekatan charity memang berguna jangka pendek, tapi krisis yang tidak ditemukan jalan keluarnya, pendekatan awalnya adalah konsolidasi dan ini hanya bisa terjadi kalau ada leadership," kata Anis Matta. (*)